Bekerja: Orang-Orang Proyek bukan Karya Ahmad Tohari (II)

Sebelumnya harus diedukasi dulu ini siapa Ahmad Tohari? Beliau adalah seorang penulis -budayawan Indonesia yang memiliki beberapa tulisan dengan tema yang khas budaya masyarakat Indonesia. Untuk profil lengkapnya bisa dilihat di sini. Nah, salah satu karya yang paling kuingat selain "Ronggeng Dukuh Paruk" ya buku "Orang-orang Proyek". Untuk ulasanku sendiri mengenai buku tersebut bisa di baca lewat sini. Hal pertama yang mesti kuluruskan agar teman-teman setidaknya mengerti sedikit bab sastrawan Indonesia, ya. Selain Sapardi atau Chairil Anwar.



Hm................. ternyata setelah kuposting bagian pertama banyak pula keresahan yang bisa kubutuh dengar. Sebagai bentuk penghargaan atas rasa yang dialami oleh orang-orang yang sempat menjadi bagian dari "Orang-Orang Proyek" yang kumaksud, di sini kutuliskan kembali beberapa keluhan, sambat, kemarahan yang mereka alami. Kusamarkan muara sambatnya, karena kutahu persis cara menuliskan sumber kutipan tidak boleh sembrono, dengan kata-kata gubahan yang masih pantas dan tidak menghilangkan arti esensial dari ucapan mereka. Maafkan aku kalau sebenarnya tidak berkenan dipertontonkan. Akan kuhapus kutipan yang tidak dibolehkan yang bersangkutan, sebagai konsekuensi atas tindakanku kalau diperlukan.  😀

" Sebenere yang salah itu manajemen proyek ---- bukan instansi, menjilat pantat pemberi kerja aja bisa, dituruti aja kok. Kita yang hitungane ngangkat bos-bos gak dianggep" (this morning 'view in my WA chat: 06.00", to early to angry, but still It's very frustating moment we have). 

" 11 tahun aku di proyek baru kali ini ada proyek gak bisa bayar pesangon karyawan" (it's so deep conversations, meanwhile there's no manager listen to us). 

" Aku gak mau kerja proyek lagi walaupun ilmuku harusnya ke situ" (ironically, he typed to me last night. In some points we just got some traumatic view on project).  - sedihnya aku juga merasa jadi trauma. 

" Makasih sudah mengutarakan isi hati kami juga, ini relate sama kita" (almost people there said that to me after read my 1st version).

Kayaknya memang ngenes, tapi kumasih juga mengambil sisi positif dari kerja di kontraktor. Apa contohnya? 1. Paling nggak aku tahu nama-nama alat berat --> biar nanti kalau punya anak atau ponakan mereka nanya, gak malu-maluinlah harus browsing internet dulu hanya buat jelasin alat berat itu apa dan untuk apa?. Buat thread tentang alat berat bisa dilihat di twitterku, 2. Lingkungannya sudah negatif, suasana yang dibangun gak harus juga spaneng dan bikin lagi-lagi negatif. Sumpah orang-orang di kantor watak aslinya kocak-kocak. Bukan tipe orang yang gak bisa diajak diskusi sih, walau sebenarnya aku sering merasa mengalah karena paham yang mungkin belum diketahui banyak orang. Ya, demi kebaikan gitu ceritanya, 3. Aku jadi belajar lagi, mau tahu lagi. Buat otakku yang sudah stuck di kehidupan sosial-budaya masyarakat jadi agak keteknik-teknikan. Sayangnya, aku merasa belajarku kemarin belum mumpuni, walau setahun ilmu yang kuserap bagiku belum cukup. 4. Belajar memanfaatkan waktu sebaik mungkin - serius, jatuhnya harus ekstra hati-hati buat paling tidak melaksanakan hobi sebab waktu-waktu itu jadi jarang terjadi kalau kerja di kontraktor yang jarang libur tapi suka (di)lembur.




Markimbung - mari kita sambung di bagian (III) membahas perempuan dalam proyek. 




Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��