Sore

Aku membenarkan jika suara masyarakat kampus yang suporteran memakai motor dengan menggeber memekakkan telinga. Tadi aku sedang berjalan, mereka di belakangku seperti mengejarku ingin menabrak dari belakang. Tentu sebenarnya tidak akan menabrakku. Tapi raut mukaku yang saat itu telah sampai di batas trotoar dan jalan raya terlihat cemas, khawatir, dan takut. Sepersekian detik ketika suara motor yang sangat berisik itu hadir, aku langsung menoleh ke belakang, memastikan tidak terjadi apa-apa. Setelahnya aku mengenyampingkan kepala, terjadilah kejadian membisu dan buatku menitikkan air mata yang lama kutunggu. Aku bertatap muka dengan petugas berbaju biru, petugas PK4L UGM. Sepertinya dia yang berjaga di akhir shift di hari ini. Senyumnya manis. Ditujukan padaku, sebenarnya lebih jauh lagi karena aku merasa tersingkir dari keramaian yang ada, disadarinya. Sebab petugas itupun merasakan kesepian yang sama. Persis ketika senyumnya hanyut ikut jatuh bersama kakiku yang sekarang sejajar posisi dengannya, ia paham akan kesalahan menutup pintu untuk pejalan. Senyumnya juga pertanda maaf. Diperlihatkannya tulus, tanpa paksaan. Membuat lengkap keinginanku untuk bermanja dengan diri sendiri di tengah keramaian pulang kerja orang kantoran. 


.entschuldigung  

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��