Resensi Film : Rentang Kisah

 Aku gak baca versi bukunya, dan sudah kuberi tahu dalam resensi buku a cup of teanya Gitasav. Tapi aku diberi kesempatan menonton film ini di Disney Hotstar. Sebelum rilis, entah kenapa aku sudah grusak-grusuk pikiranku. Di pikiran itu, aku harus nonton, harus!. Padahal biasanya pun aku gak bakal setertarik itu dengan film karena ada versi bukunya. Mungkin waktu itu karena aku belum membaca bukunya ya, makanya aku ingin dan mengharuskan diriku banget buat nonton filmnya. Selebihnya, karena ini cerita Gita Savitri, orang yang kukagumi, ehe. 

Sekitar akhir September, setelah menerima order rajutan yang lumayan membuat jari-jariku minta diistirahatkan akhirnya aku mengistirahatkannya dengan ikut menonton film dari Falcon Pictures ini. Beberapa pemain yang kukenal seperti Cut Mini yang berperan sebagai Ibu Gita dan Doni Damara sebagai ayahnya tampak luwes memainkan peran sebagai tokoh Bapak dan Ibu yang mengayomi keluarganya. Bagiku, keluarga Gita adalah keluarga normatif Indonesia dengan Ayah yang bekerja dan Ibu yang di rumah (buka jasa catering). 

Lalu apa aja sih isi ceritanya? 

Videonya Gitasav (yang agak baru ini) di luar sedang promosi tapi aku mau melakukannya juga. Kalau misalkan belum bisa ke luar negeri, paling tidak dalam negeri dulu. Sebab Nusantara saja aku pun belum khatam. (Nanti, aku akan menceritakan tentang Papua dan orang-orangnya, tak lupa orang-orang di Timor Tengah Selatan atau Timor Tengah Utara atau bahkan orang di Kepulauan Komodo yang menentang adanya pembangunan yang merusak lingkungan mereka - aku akan bertraveling dengan memberikan rasa peduliku pada masyarakat serta lingkungan. Meski tidak sekarang, tunggu aku. Sekarang aku sedang mencicil ehe)


Tentu saja semua hal menyangkut hidup Gita saat lulus SMA sampai dengan ia menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Jerman. Lika-liku kebimbangan Gita yang khas dari remaja akhir waktu itu diproyeksikan dengan baik dalam peran Bebi Tsabina sebagai Gita. Aku mengakui Bebi bermain baik dalam perannya (She's made Gita presence on her). Mulai dari cara bicaranya, sampai dengan cara tohok utama ini melakukan sesuatu bagiku hampir mirip sama aslinya. Padahal aku tahu kalau Bebi di kehidupan nyata gak seperti itu. (Btw, di ImDB ratingnya 7 dari 10. Lumayan, ya). 

Apa saja lika-liku tinggal di Jerman yang harus dihadapi Gita? 

1. Kesepian karena tinggal sendirian, sampai ia menemukan teman yang ia merasa cocok untuk saling membagi kisah mereka. 

2. Homesick sebetulnya tidak begitu diperlihatkan, tapi aku melihatnya demikian. Terlebih saat orang tuanya bilang tidak punya cukup uang lagi seperti bulan-bulan sebelumnya untuk biaya hidup Gita. 

3. Pertemanan, cinta, dan keyakinan (tapi ini dalam taraf sudah menyentuh agama sih, gak cuma keyakinan). Dalam film ini ternyata sosok Paul (suami Gita sekarang) juga disorot. Berarti dalam buku pun demikian.(Eits, jangan menghakimi Shan, baca dulu bukunya aja. wkwkwk). Sorotan yang paling tajam pada cerita Paul adalah tentang menemukan kepercayaan yang mana juga memberikan Gita pandangan juga untuk lebih mempelajari kepercayaan yang ia anut. Pada akhirnya Paul menemukan alasan-alasannya untuk mulai mempercayai kepercayaan karena pilihannya, dan dengan bantuan Gita ia mulai belajar dan perlahan memahami. (Tahu kan, kalau Paul sudah menjadi muslim?).

Konflik-konflik sederhana dalam kehidupan Gita dalam film ini sungguh memang terjadi dalam masyarakat. Tidak dipungkiri juga bahwa film ini cocok sekali ditonton bagi teman-teman atau adik-adik yang sedang bimbang memilih jurusan. Mengapa demikian? Sebab kalau kamu gak suka dan kamu diharuskan bertahan, yang terjadi ya seperti Gita dalam film ini. Meronta-ronta gak sanggup melanjutkan, tapi sudah terlanjur berjalan. 

Pada bagian dia menyerah dengan kehidupan cukup membuatku merinding. Sempat-sempatnya aku cuma melihat Gita dengan sosok yang seterbuka sekarang tanpa mengetahui ia yang dulu. Meski sebetulnya tak perlu-perlu amat buat aku mengetahui yang sudah-sudah dari orang lain. Tapi ini Gita yang sekali lagi memberiku rasa nyaman dan semangat juang buat tidak menyerah dalam hidup. Terima kasih Mbak Gita, you're insightful. 

Rentang kisah pada akhirnya memang memberikan gambaran jarak antar cerita kehidupan. Tak hanya bagi Gita mungkin juga berhubungan dengan kisah kita. Kesempatan selalu ada, tinggal cara kita memilih melakukannya atau diam di tempat, mau berjuang atau cuma membual. 

NB:

Kalau punya kemampuan mencintai, jangan lupa cintai diri sendiri. -begitu pesan yang drastis membuatku lagi-lagi mematut di cermin. 

My Youth is Yours :)

Lagi Nostalgia sama Blue Neighbourhood boleh lo nostalgia bareng. Jadi ingin karaoke haduuu.... (kehidupan kampusku asyik banget ya, lik. Udah terangkum dalam albumnya Troye yang ini. Mantap) 


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��