Aku Berhenti Menarik, Bukan Berarti Tidak Ada yang Menarik, Kan?

" Kamu gak kangen aku?" 

Kujawab,"hmmmm" 

Akhir-akhir ini aku gak lagi pandai mengganggumu ya,  Mba. Tapi nasihat terakhir dari mamamu yang kamu ucapkan lewat teks pesan bahwa, "tidak ada seorangpun yang bisa melukai aku, kalau tidak aku ijinkan" jadi terngiang-ngiang dan ikut bertaruh setelah kuungkap cerita menyeluruh. Selain memang mau gak mau bertahan dengan berani, validasi darimu jadi suntikan kekuatanku juga buat bertahan. 

Apa kabar tubuh? sudah remuk redam? Betul-betul butuh pijat? Apa harus aku hampiri buat aku yang pijat laiknya waktu itu supaya gak pijat virtual mulu : diajarin gak dipraktikin? Xixixixi. Oh ya, dinikmati dulu perjalanan baliknya kali ini. Capek juga butuh terbiasa, dibiasakan dengan sabar, sabarnya yang ikhlas :)) 

Aneh banget sebetulnya, kenapa aku jadi temenan deket sama kamu ya? Padahal awalnya kuanggap kamu untouchable - kalau udah butuhnya gak berani nanya-nanya lagi (bayangin aja Mba Cindy marah hhh// padahal dia tuh gak marah emang defaultnya aja yang emang galak). Tapi aku sendiri yang selalu duluan merasa aku kurang tahu yang ini, yang itu, yang dimana-mana dan butuh pemikiran-pemikiranmu dalam mengambil langkah, menyikapi situasi, dan kadang buang sampah huhuhuhu // ya kali, tempat sampah gak butuh buanh sampahnya, kan ya?.

Tahun depan kurang sebulan lagi, hari ulang tahunmu baru saja terjadi dan aku belum merasa mengucapkan syukur kehadiranmu dengan baik. Kalau dihitung, iya ini yang ketiga. Tulis-kenang ini sengaja dicipta bertujuan mengindra lebur lebih dalam mengenai kamu selama kukenal. 

Bermacam-macam pikiran baik, positif, dan strategis lagi coba kamu bangun dengan rapi. Mungkin juga nanti aku terlibat di dalamnya, tapi mungkin juga tidak. Pun ketika jauh dan 'tidak' adalah penyangkalan dariku buat segala yang kamu wacanakan, ada harap tiap pesan yang kukirim masih bisa kamu jangkau, paling tidak cukup diingat saja, tidak pura-pura lupa. 

Hati-hati di jalan. Lagi di perjalanan, kan?