Penyimpanan: Pecinan Semarang
Selain Yogya, Semarang juga ramah pejalan kaki. Tapi di area tertentu sih, sebab kupikir trotoar masih sedikit. Adapun bukan untuk pejalan kaki. Yah, masih belum terlalu difungsikan. Meskipun begitu, ada titik-titik tertentu seperti di area Pasar Johar Baru yang membuatku senang untuk sekadar berjalan, menikmati angin, dan tentu saja menyembuhkan luka.
Klenteng terbesar di gang lombok
Kubah samping masjid
Hotel Tentrem tapi bukan di Yogya :")
Pintu masuk wudlu wanita Masjid Kauman
Capturing Rabbit
Sepi
Boulevard
Belum sempat terjadi
Mengira ada orang gila yang mengikuti
Adam Air yang pernah terjun bebas
Kucing yang bagus
Suka matanya
Klenteng menuju pasar. Kalau mau ke pasar tinggal belok kanan
Ini pusat perbelanjaan Johar
Masih dalam perbaikan
Jajan cilok di Bapak-Bapak pojokan Ratu Paksi yang emang orang Sunda
Bukan lunpia mbak lien, ya
Shelter Gramed dan hujan yang mencekam: angin dan sangat deras, plus gojek lebih mahal sebab orang-orang baru pulang kerja. Hehehe
Kalau naik dari shelter dan ada yang jaga, dapatnya karcis ini
Kalau dalam BRT maka dapat yang ini. Harganya per orang yang bukan orang Semarang 3.5k. Huhu... Udah sampai mana-mana sih dan dibagi antara perempuan dan laki-laki buat mengurangi tindak kejahatan seksual di transportasi umum. Sekaligus juga dibagi jumlah penumpang untuk mencegah terjadinya lonjakan pasien positif covid-19. Hmmm... Ya, di BRT aturan main ketat ya. Masker jangan sampai lupa atau bahkan bawa tapi gak dipakai dengan benar dan layak.
Beberapa suasana di BRT Semarang
Selain pecinan yang ada di area gang lombok, jika lewat masjid Kauman maka di situlah letak Kampung Arab. Sebuah wilayah yang dihuni oleh penduduk dengan kekhasan ruko yang berjualan minyak wangi, songkok, duplikat piala dan pialanya, dan beberapa item yang memang didatangkan dari Timur Tengah. Adapun memang beberapa gang di area situ terdapat pondok pesantren. Membuat wilayah Kampung Arab Semarang ini jadi lebih akrab dengan suara-suara orang mengaji, adzan tepat pada waktunya, dan tentu keramahan orang-orangnya.
Kalau Pecinan yang kumaksud itu karena ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 900meter dari Kampung Arab, akan ditemukan bangunan klenteng yang terbesar di area situ, dan beberapa lainnya di daerah menuju ke jantung pasar. Bau-bau menyengat dupa akan tercium sebelum pada akhirnya bisa menikmati suasana ibadah yang tercipta di klenteng-klenteng itu. Selain itu, di sekitar klenteng juga terdapat penjual makanan khas tiongkok seperti mi, bahkan kedai yang spesial menjual kolang-kaling.
Tak lupa, kadang aku menyapa kucing yang kebetulan lewat atau bermalasan di area pasar dari Kampung Arab hingga Pecinan di Gang Lombok. Menjepretkan foto dari kamera ponsel karena sampai hari ini kamera analogku belum ada isinya hehehe..
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu