Resensi Buku: Karena Kita Semua adalah Kim Ji Yeong

Di hari Jumat yang biasa saja ini, mari mengumpulkan niat mengutarakan sesuatu. Mari membuat hari Jumat yang biasa saja ini lebih berguna dengan menyampaikan amanat dari Novel berjudul 'Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982". Hm.. ya! sebelum versi novel berbahasa Indonesia ini muncul lebih tepatnya sebelum kutahu bukunya di jual di toko-toko buku, filmnya sudah diputar di bioskop-bioskop Indonesia. Sayangnya, aku tidak punya kesempatan baik untuk menonton waktu itu. Sebenarnya kesal juga, tapi mau gimana? 

Melihat tulisan yang sengaja ku tebalkan mengingatkanku pada cerita-cerita perjalanan Kim Ji Yeong tiap hari. Ia, seorang perempuan Korea Selatan yang tak bisa mengungkapkan rasa ketidakadilan, ia yang tahu tentang tidak adil tapi bagaimanapun jika disuarakan tak pernah ada yang mendengar, dan ia sadar akan hal itu. Aku pun. Sedihnya menjadi perempuan yang diharapkan masyarakat normatif jadi sangat kurasakan akhir-akhir ini. #dihjadicurhat



Buku ini ditulis oleh Cho Nam-Joo, buku aslinya tentu ditulis dengan tulisan hangeul Bahasa Korea ya. Tapi aku belum searching ada berapa banyak terjemahan buku ini, yang jelas dengan adanya terjemahan dalam Bahasa Indonesia ini aku bersyukur. Aku bisa membacanya tanpa menerjemahkan tentunya. Gaya tulisan dalam buku ini unik. Judul yang diberikan membuatku mengira Kim Ji Yeong adalah pemeran utama. Ternyata ia adalah orang yang diceritakan. Seorang aku dalam kisah buku ini bukanlah Kim Ji Yeong, melainkan psikiater yang menangani Kim Ji Yeong pada masa sulitnya. buku ini menggunakan alur kilas - balik. Menggambarkan kejadian-kejadian masa lalu yang membuat trauma-trauma pada diri Ji Yeong muncul yang pada akhirnya tertekan akan keadaan itu, membuat Ji Yeong resah tak tahu harus melakukan apa?. 

Buku ini sarat akan referensi rujukan, yang membuat kita tahu juga sedikit demi sedikit sejarah perjuangan kesetaraan gender di Korea Selatan. Selain itu karena latar belakangnya di Korea Selatan kita pun jadi tahu paling tidak membayangkan kehidupan sosial-budaya di Korea Sleatan. Ah ya, lagipula buku ini kan memang membahas mengenai persoalan dinamika sosial dan budaya dan karena ini mengenai Korea Selatan kita jadi tahu selaib gemerlapnya dunia mereka ada sisi yang tak benar-benar disorot untuk menjadi perempuan selayaknya manusia di sana. 

Bagiku, kehadiran tulisan Cho Nam-Joo ini memberikanku banyak refleksi diri.. Membuat seolah-olah dunia kini tidak berpihak padaku, sebab banyak kejadian yang dialami Kim Ji Yeong masih dirasakan oleh banyak perempuan di negara ini, bahkan mungkin di lingkungan keluargaku, atau yang paling jelas adalah lingkungan kerjaku dulu. Aku bahkan sadar betul di lingkungan kerjaku dulu perempuan memang diperlakukan sama dalam hal beban kerja tapi slentingan-slentingan tentang 'perempuan' sangatlah menyakitkan bagi(ku). Terutama jika berdebat masalah urusan domestik dan non-domestik. Sering sekali kutahan tangis, mendengar ketidakadilan yang terjadi, tapi seperti Ji Yeong aku pun terkadang bosan memberi tahu diriku sendiri: Mau bagaimana lagi?. 


Seperti yang diamanatkan dalam cerita Kim Ji Yeong: kitalah yang harus menjawab teka-teki akan ketidakadilan gender dan sistem patriarki yang terlanjur mengakar dalam kehidupan kita ini. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��