(Resume) New Directions In Indonesian Women's Writing? The Novel Saman - Barbara Hatley


Saman sebagai sebuah karya tulis fiktif merupakan sastra yang jauh dari kata konvensional atau terjadi pada masyarakat kebanyakan. Kemunculan novel karya Ayu Utami ini banyak menuai pro dan kontra pada masyarakat penikmat tulisan-tulisanya. Terlebih setelah novel tersebut mendapatkan penghargaan dari lembaga atau dewan kesenian sebagai gaya penulisan baru dalam dunia tulis-menulis di Indonesia. Lalu, sebenarnya apakah fokus dari novel tersebut sehingga menjadikannya isu menarik yang masih sering pula hingga sekarang diangkat?
            Kemungkinan terbesar yang menjadi isu tersebut ialah tentang perilaku seks wanita yang terdapat pada peran tokoh utama dalam novel. Namun hal yang dibahas oleh Hatley di sini ialah tentang inovasi, kebangkitan pengarang perempuan dan cerita-cerita yang dibuat sekitar kehidupan perempuan pula. Hatley memang tidak fokus pada masalah bagaimana dia harus memberi keputusan atau pertimbangan baik dan buruk isi dari novel saman namun Hatley juga berpesan untuk melihat bahwa representasi wanita Indonesia dalam dunia sastra atau tulis-menulis bukanlah hak yang bersifat tiba-tiba saja muncul. Gerakan-gerakan yang muncul mengenai wujud wanita secara alami dan solusi gender coba ditawarkan sebagai hal yang mendasari.
            Kemunculan kekuatan wanita Indonesia dalam ikut serta di segala bidang kehidupan sebelum masuk pada zaman-zaman ini sangatlah dibatasi. Terlebih pada masa presiden Soeharto yang melatarbelakangi kesamaan kodrat wanita sebagai ‘teman di belakang’ laki-laki. Kemunculan kesadaran yang diimbangi dengan kata “emansipasi” kemudian lahir setelah banyak dikenal oleh masyarakat atau persinggungan antara masyarakat Indonesia dengan masyarakat Barat yang modern. Selama masa-masa masih banyak hal-hal di luar keadilan atau bisa dikatakan tidak adil bagi wanita, terdapat beberapa penulis yang ikut berperan menggambarkan bagaiaman wanita pada masa itu bertahan dan bahkan dalam tulisan mereka memuat kritikan akan perilaku semena-mena terhadap wanita terutama dihadapan politik.
            Melalui tokoh Tala, Ayu Utami memberikan gambaran yang berbeda tentang penulisan tokoh dan citra penulis wanita. Dengan berani ia menuliskan bahwa Tala merupakan orang yang bebas. Sebab kemudian muncul berbagai pertanyaan mengenai kritik di antara empat tokoh wanita yang terdapat dalam novel, ketidakrataan penekanan keperawanan, simbol upacara pernikahan, dan kontrol orang tua yang lebih terhadap anak perempuannya. Semua hal yang mencoba diungkap Ayu memang merupakan kritik tajam terhadap sistem orde baru yang kemudian setelah ambruknya sistem tersebut mebuatnya berani mengambil langkah untuk tidak tetap diam di tempat melainkan membuat sebuah simbol semangat wanita menentang adanya pembatasan di era setelah orde baru. Pertentangan pada tokoh protagonis sangatlah kentara bahwa Ayu pun mencoba merepresentasikan dirinya pada novel Saman.    
               

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��