(Resume) Materializing Piety: Gendered Anxieties About Faithful Consumption In Contemporary Urban In Indonesia - Carla Jones
Dalam
artikel ini mencoba dipaparkan secara etnografi di Indonesia untuk memahami
publik muslim yang dihadirkan ialah membaca kefeminisan di antara batas
ketaqwaan dan materialitas. Dimana kemudian, terdapat dua bentuk kritik dalam
pendapat penulis tentang pandangannya yang tersebut di atas terhadap fashion
Islami di Indonesia. Yakni pertama ialah penggunaan secara basa yang
membedakannya secara sedikit dengan bentuk yang memesona dan agak sembrono
dengan fetitisme komoditas yang mana terjadi pada perempuan yang tidak biasanya
rentan. Kedua menyatakan bahwa identitas ketaqwaan terbentuk melalui kemunculan
gaya berbusana yang tidak sama halnya dengan ketaatan yang berlaku.
Percakapan yang tiada hentinya tentang
kepercayaan di Indonesia juga bisa dibilang unik yang mana terjadi saling
tumpang-tindih antara kepercayaan itu sendiri dengan momoknya, yang semakin
menguat ialah digolongkannya atau tergenderkannya menjadi massa yang feminis.
Hal ni dapat dilihat dari naiknya tingkat ketidaktulusan jika mengambil topik
religius yang dapat membuat ketaqwaan memiliki tempat yang menarik. Melalui hal
tersebut, pengabdian dan konsumsi menjadi tidak hanya secara kualitas dibagikan
tapi juga secara sepasang wujud dinamis yang masing-masing saling mengait dan
menjanjikan akan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh salah satu diantara
dua pilihan tersebut. Wanita lebih setuju pada hal yang terkait dengan kembali
mengklaim bahwa kesopanan dan kecantikan
berasal dari kebaikan bukan dari kesombongan.
Komoditas memang dapat, dan sering
kali gagal dalam mengeksekusi sesuai dengan janji. Di Indonesia pada masa orde
baru, hal tersebut memang sempat menjadi perdebatan yang luar biasa di kalangan
menengah ke atas dan wanita-wanita muda pinggiran, serta kondisi
politik-ekonomi yang tidak mempengaruhi keteguhan individu-individunya dalam
praktik kehidupan. Hal ini merupakan pembelajaran dari pengalaman individu di
atas dari ketulusan dan kesenangan.
Penulis dalam kesimpulannya
menyebutkan bahwa gaya busana islami melibatkan penyembunyian, tidak hanya
secara fisik tapi juga secara eksistensial. Penyembunyian tersebut mengarah
pada teori-teori secara sosial dan modernis mengarah pada sosialitas yang
benar-benar terjadi dengan khusus melihat kegelisahan politik Indonesia dengan
kesalahan memberi tanda. Kapitalisme bisa juga terungkap dari janji yang
tersebar secara keduniawian dan kekekalan melalui pemuasan penafsiran
pengkonsumsiannya.
Referensi:
Jones,Carla.
2010. Materializing Piety: Gendered Anxieties About Faithful Consumption In
Contemporary Urban In Indonesia.Boulder
: University of Colorado
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu