(Resume) Femininity And Masculinity In Indonesian Popular Music Videos - Hannah Carswell
Sebelum masuk pada pembahasan mengenai adanya isu gender di ‘music
video’, ada baiknya diketahui bahwa music video (MV) sendiri merupakan
bagian dari ‘pop culture’ atau budaya populer yang datang karena menjadi
‘trend’ pada masanya. Seiring berjalannya waktu hingga menginjak tahun 2016 ini
memnag bisa dilihat variasi dari MV yang dibuat dikreasikan dengan berbagai
macam bentuk kejadian sehari-hari yang inti ceritanya tidak jauh dari lirik
yang terdapat pada lagu yang dibuat. Selain budaya populer yang membentuk,
bentukan MV yang singkat dalam penggambaran cerita sedikit dibedakan dengan
program sinetron yang mana juga memiliki isu gender berupa refleksi ide tradisional
masyarakat Jawa mengenai maskulinitas yang tepat sebagai perintah dan kontrol
dengan perempuan sebagai orang yang bersifat emosional, pasif, dan bekerja di
bagian domestik.
Politik
pemerintahan sangatlah mempengaruhi bentuk-bentuk keadilan atau keseimbangan
gender yang ada di negara ini. Pada masa presiden Soeharto, misalnya. Banyak
sekali aturan yang menerapkan hanya satu hal untuk semua kalangan misalnya saja
bentuk menonton televisi yang diharuskan TVRI yang mana menyeragamkan kegiatan
masyarakat Indonesia pada masa itu. Selain program televisi, keharusan wanita
dalam berperilaku juga masih dibatasi sesuai dengan ‘kodrat wanita’ pada masa
itu. Pada masa itu pula, seolah-olah sebagai ‘bapak’ negara, yang dijuluki
‘bapak’ pembangunan dalam pemerintahannya Soeharto menonjolkan kekuasaan
laki-laki atas perempuan.
Salah satu contoh
dari MV yang memuat isu gender pada tesis ini ialah Peterpan – Tak Ada yang
Abadi. Perbedaan yang kentara pada MV ini dibanding dengansinetron ialah
kebebasan wanita dalam mengeksplorasi apapun di sekitarnya, dan keterpurukan
laki-laki dalam menghadapi dunia yang sedang berhadapan dengannya. Penulisan
‘circus is over’ yang dibedah pada MV ini menghadapkan beberpa pilihan bagi
pria ataupun wanita dalam melangkah untuk tetap mengikuti arus atau keluar dari
zona nyaman arus tersebut.
Kemudahan akses MV
di ‘youtube’ ataupun channel yang lain membuat beberapa MV cepat menjadi
poppuler. Kepopuleran ini tak dapat dipisahkan oleh keadaan dunia yang serba
cepat dalam bersinggungan dengan orang lain dan dunia mereka. Mengusung isu
gender yang terdapat pada MV di Indonesia merupakan hal baru bagi saya yang
juga mengoleksi beberapa MV, namun tidak dari Indonesia melainkan dari Korea
Selatan. Sama seperti di Korea memang, MV-MV ini bakal menjadi sangat viral
saat jumlah penonton yang bisa dilihat pada tayangan melonjak tajam dan dengan
banyak komentar yang baik dari ‘netizen’. Secara tidak langsung memang,
komentar dari ‘netizen’ ini memang terkadang mengandung isu gender namun sama halnya
dengan apa yang dilontarkan sebagai sebuah pujian atau kritikan kepada artis
yang terkadang tak disadari dan bebas berpendapat, begitu pulalah
ketidaksadaran tersebut muncul dikemas dalam gender.
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu