Tugas UTS - Batikku, Batikmu: Observasi Peran Gender dalam Lingkup Pengrajin Batik Di Tamansari, Yogyakarta (Jumat, 20 Mei 2016)
Bertempat di daerah Tamansari, Yogyakarta yang merupakan desa
wisata, kami melakukan perjalanan untuk mengetahui dan mengobservasi lebih
dalam tentang peran gender dan batik. Tempat yang cukup luas memberikan banyak
pilihan pada tiap kelompok untuk menyebar ke berbagai sudut di wilayah tersebut
untuk melaksanakan tangung jawab. Tentu, sebelum lebih jauh dan berlama-lama
dalam mengatasnamakan ‘batik’ yang disebut batik yang mana, ada inisiatif untuk
menanyakan ke forum kecil di kelompok. Jadi, yang menjadi tolok ukur ialah kain
yang kemudian memiliki motif tertentu atau dibuatnya dari hasil lelehan lilin
itu ialah ‘batik’ yang dimaksud.
Ada tiga
narasumber berjenis kelamin dua perempuan dan satu laki-laki. Narasumber
pertama dan kedua dari hasil observasi yang menonjol ialah bahwa mereka bekerja
di tempat tersebut karena ada atasan yang memberikan mereka jaminan. Dalam
pekerjaan membatik tradisional menggunakan canting, dua narasumber perempuan
tersebut bertugas untuk mempersuasi wisatawan agar melihat proses membatik dan
mau untuk masuk ke galeri tempat mereka bekerja. Meski memang dua perempuan
tersebut dapat membatik, di sisi lain mereka mengaku melakukannya untuk
mendapatkan perhatian pengunjung dan dipekerjakan dalam sebuah produksi.
Berbeda kemudian
dengan narasumber laki-laki yang ditemui. Hampir separuh umur beliau gunakan
untuk membatik dengan motif yang beliau suka. Batik bukan menjadi prioritas
utama beliau dalam mencari nafkah, karena atas dasar hobi turun-temurun dari
keluarga, narasumber mengenal dan kemudian menjadikan batik sebagai bagian dari
waktu senggang dan senangnya. Perlu diketahui sebelumnya, wilayah desa wisata
ini hanyalah bagian dari proses pembuatan batik tulis (seperti yang dikerjakan
narasumber laki-laki). Pada wilayah ini hanya mengerjakan proses menggambar
pola hingga menutupnya dengan malam. Sedangkan untuk menghilangkan atau melorot
malam, hal itu dilakukan di daerah Imogiri, Bantul. Barulah penutupan malam yang
kedua dilakukan lagi di desa wisata tersebut.
Melihat dari keseluruhan aktivitas yang
ada pada tempat-tempat produksi batik tersebut dapat dikatakan bahwa batik kini,
tak lagi dikerjakan hanya oleh perempuan dan motif tidaklah hal yang diagungkan
sebagai motif perempuan dan pengerjaannya dilakukan oleh perempuan.
Komersialisasi menjadi alat tunggang kekaburan atas peran gender di sektor
produksi batik di sekitar kawasan desa wisata Tamansari ini. Sehingga kita tak
dapat melihat lagi atau memberi gambaran resmi bahwa batik milik perempuan atau
batik milik laki-laki.
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu