Dunia Harus Tahu: Mendengar Abang Go-J*k

Kutempuh perjalanan kemanapun akhir-akhir ini di Jogja dengan menggunakan Go-Jek. Ya, salah satu hasil kreativitas anak negeri yang diakui oleh masyarakatnya yang mampu menggunakan dengan baik jasa layanan tersebut. Iya, baik sebab ada beberapa bagian masyarakat yang sama-sama tidak bertanggung jawab meninggalkan komentar negatif kepada supir yang secara langsung memberikan jasa kepada mereka. Kalau itu aku, aku akan benar-benar selektif saat akan atau berniat memberikan komentar negatif sebab si supir juga cari penghidupan di dunia yang makin hari makin sulit didapati kebajikan dan kebijakan ini. Lalu, aku pun tak pernah memberi bintang 1,2,3, atau 4pun kepada mereka yang telah memberiku tumpangan atau mengantarkan makanan yang aku pesan. Usaha mereka bagiku tak boleh cukup hanya diberi bintang. Aku, bukan kalian yang memiliki hak sama untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat. Nah, dalam sebuah perjalanan yang terpenting bagiku juga adalah aku dapat mempelajari sesuatu, tentu dari siapa saja, ya termasuk supir Go-Jek dan ojek online jenis lainnya. 
Lalu aku mulai bersinopsis ria~~ 
(dalam Go-car kemarin)
Tiba-tiba saja bapak supir nyeletuk,"Milik Rakyat Kota". Sejak ucapan itu muncul, aku memindai sekeliling jalan perempatan depan Mirota Kampus di jalan C.Simanjuntak. 
" Oh, pak. Itu memang singkatan dari Mirota ya?," tanyaku dengan kepolosan mendalam. 
" Bukanlah ya itu kan suka-suka aja, contohnya gini Mbaknya kuliah dimana?"
" Di situ, pak,"sambil kutunjuk arah UGM.
" UGM itu universitas...."
" Universitas Gudang Mantu,"sahutku.
" Nah ya kayak gitu"
" Oke, seenak aku aja ya Pak"
" Hooh. Kalau UTY tahu gak?"
" Mmmm "
" Universitas Tengah Yogyakarta hahaha.."
" Hooo.."
" Kalau UMY mbak?"
" Universitas Minggir Yogyakarta, kujawab juga dengan riang gembira sebab tahu arah pembicaraannya"
Setelah tebak-tebakan tersebut, aku diturunkan duluan di dekat shelter Trans Jogjakarta Colombo-Terban. Sebelum mencapai daratan, aku diingatkan melalui percakapan dengan bapak tadi. Gak selamanya yang terlihat jadi yang terlihat secara nyata. Ada beberapa hal yang perlu dilalui buat mengetahui proses pembentukan yang terlihat itu juga. Lalu, bapak supir tersebut secara tak sadar juga bilang 'jadilah kamu, kamu yang punya beban kreatif yang tak pernah kamu salurkan, maka salurkanlah'.
(di kerumunan Apill perempatan Gejayan, aku di atas Go-Ride)
Kali ini bapak-bapak berumur 50an tahun mengantarku ke tujuan. Titik temu dengan seseorang yang lama tak kujumpa, yang dulu pun tak ada kedekatan. Ya tapi, kembali lagi ke bapak yang akan kuceritakan. Si Bapak berusaha menjajari pengemudi Go-Ride lain. Ia sembari membenarkan posisi duduk, lalu setelah merasa nyaman ia mengulurkan tangan pada bapak Go-Ride lain yang sekarang posisinya berada persis di samping kami. 
"Gimana, hari ini? Sudah nutup belum?," kata si bapak A (yang bonceng aku)
" Udah, lumayan aku dapat 14"
" Oh, ya aku juga habis ini bakal nutup"
Kedua bapak pengemudi tadi menutup perjumpaan ke tujuan masing-masing dengan senyum. Mereka saling menyemangati dalam lubuk hati, tak pernah tersampaikan, tapi kerapatan kata tersebut tergambar dari bahasa tubuh lainnya. Aku tak sempat terluka dengan sapaan tak kenal dari kedua bapak tadi. Aku mendapatkan suntikan semangat dari mereka. "Senyum" jadi semahal ini akhir-akhir ini. Aku sadar dan tersadar, bukan karena aku. Kedua bapak tadi yang memulai. Mulai buatku kembali membuat yang mahal jadi kembali murah. Sehingga semoga saja senyum pun tak usah ditawar lagi padaku. Yatta!
(dari keramaian Gedung Siti Walidah UMY, sebuah percakapan dimulai dalam Go-Car)
" Kok mobilnya ganti, Mas?"
" Iya, mbak. Itu mobil kakak saya"
" Lah, ini masnya juga beda"
" Iya, itu akun kakak saya juga"
" Loh akun masnya kenapa?"
" Akun saya kena suspend mbak"
" Hahh... kok bisa?
" Iya, karena saya gak banyak omong"
Aku mulai merasa tersentak dalam duduk diam di kursi belakang.
" Lah, mas... kalau tipenya emang gak banyak omong ya mau gimana ya mas... hmm kok tega"
" Iya, mbak makanya itu. Saya dilaporkan ke Go-Jek terus dikasih bintang satu. Go-Jek pun gak mau tahu, mbak, ya sudah disuspend terus saya pakai punya kakak saya ini"
Heol! Orang-orang tuh sesembarang ini ngasih penilaian orang lain, mirip mematikan sumber pendapatan mereka kalau posisinya kayak mas-mas Go-Car yang sempat kutumpangi tersebut. Mungkin di luar sana, pengemudi yang kena aduan pelanggan lebih banyak berarti penumpang banyak yang julid juga di luar sana. ckckck 
Kututup dulu ceritanya di sini. Urusan perut tak bisa ditinggalkan :)   
Nanti disambung di kedua, ketiga, dst. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��