Catatan Kuliah: Free

Ini bukan masalah bebas menggerakkan atau judul anime yang lakonnya berenang, bukan.
Aku mau mengungkapkan kembali tentang konsep the gift dari Marcell Mauss seorang ahli antropologi dan mencoba menghayati makna sosio-kultural dari konsepnya. Jadi, kali ini aku mencoba mengkaitkannya dengan apa yang pernah dibilangnya sebagai suatu pemberian merupakan racun bagi penerima. Ah, benar saja tentunya apabila kita berpikir lebih dalam.

Orang mana yang akan dengan sukarela menolak segala yang berbau 'gratis'? Terlebih di negara ini, yang bagian per bagian saja dipersempit dan dipermahal,contohnya saja cabe rawit. Ya,  free pada akhirnya mengacu pada gratis. Secara cuma-cuma akan terjadi pertukaran apabila kita diberi dan menerimanya. Tapi jangan dikira secara cuma-cuma juga ada rezeki yang halal dan nikmat di setiap kali kita menerima barang gratis. Seperti sendra tari, putar film, teater, drama, musikal, pertunjukan musik, operet, ketoprak, hingga apapun yang berbau seni dan dimaksudkan dengan embel-embel gratis, mungkin saja tidak memberikan kita kelayakan sebagai penikmat dari seni itu sendiri. Seandainya ada pertukaran antar apa yang diindera oleh segala indera yang kita punya, lalu apakah dengan benar dapat kita bilang kita telah mendapat banyak amanat dan toleran dari apa-apa yang dikasih dan tanpa usaha untuk meraih? Sehingga terkadang ah, aku memang setuju dengan pendapat seseorang yang mengatakan ' tidak apa-apa menjual tiket, tapi mendidik'.   

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��