Transportasi Umum Part 2


Kondisi angkutan desa yang sering kupakai untuk melakukan perpindahan sangatlah memprihatinkan. Kursi-kursi yang dialasi kain entah jenis apa berwarna hitam yang tiap mobil rata-rata sama terdapat di antara sisi-sisinya berlubang atau bahkan penuh dengan coretan. Aku masih banyak mengingat bagaimana ‘stipo’-penghapus tinta, digunakan untuk asyik mencoret-coret bagian as tersebut oleh anak-anak SMP. Apakah waktu itu (SMP) aku jug melakukannya? Ah tidak, sebab aku anak baik-baik dan merasa hal tersebut tak berguna. Memang terkadang gunanya hanya untuk memberikan salam untuk teman ang berada di lain sekolah, menjelekkan sekolah lain, atau secara tersembunyi bilang kalau ada orang jatuh cinta ada di angkutan desa dan yang disukai ada di sekolah lain. Masa kecil tersebut kurasa sangat unik. Sebab sekarang jarang terjadi, karena wifi :D
Besi-besi tua yang berwarna hijau itu pun sebenarnya jauh dari kata layak untuk digunakan, namun bagaimana lagi namanya juga mencari nafkah. Hal yang sangat kubenci ketika naik angkudes dan ternyata hujan turun secara tiba-tiba. Apesnya ialah apabila atap yang harusnya menaungi dari hujan malah membasahi penumpang dan apabila kebetulan bertemu sopir yang perhatian, ia akan bilang, “ mbak sampean jupuk tong nang nisor kursi tengah.” Yah, meskipun tak akan merubah keadaan bahwasannya hujan membasahi mobil dan penumpangnya.
-end-

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��