Catatan dari Teman: Balasan Buat Adik yang Senang Bisa Pulang

Lagu Chen - Beautiful Goodbye dirilis awal April ini agaknya buatku baper. Bukan agaknya, tapi memang baper. Aku tidak sedang dalam proses meninggalkan lagi, meski dalam pikiranku akan segera juga menjalani. Tiap kali ku kehilangan teman cerita, bukan hilang, bukan! mari kita menyebutnya 'berjauhan'. Iya, tiap kali ku berjauhan dengan teman, yang terjadi adalah aku susah dihubungi : chat tidak pada poin, telpon segan, video call sering tidak kuangkat. Oleh karena hal tersebut, bagiku 'bertemu' benar-benar membuktikan sesuatu yang akupun belum dapat memastikan apa itu?. Bukan temu virtual, temu nyata yang senyatanya. (Kita tak lagi bisa bertemu dalam waktu dekat) Bahkan jika saja itu temu yang bisa buat diam pada sorot yang lepas jauh di sana, aku menghargainya. 

Oh, waktu hadir dalam temu - hadir dalam tentu - walau harus menunggu. Waktu terlibat baik dalam tiap temu. Tapi waktu pun yang buat temu diakhiri, sebab 'waktu sendiri' pun perlu dijalani -- paling tidak buat berdebat dalam pikiran dan hati dan membuat kesimpulan apik, mengambil amanat dari tiap 'sendiri' -- paling baik sebuah refleksi diri. Iya, aku butuh sendiri memikirkan tiada lagi temu, kemudian membuat kesimpulan : harusnya aku membiasakan tidak ada lagi banyak temu di antara aku dan kamu sebelum benar-benar ucapan selamat tinggal meluncur bebas dari dirimu yang 'kan berbatas : sebab aku perlu belajar ikhlas. 

-----------------

Selamat tinggal, ku 'kan baik-baik saja

Semestinya yang wajar begitu 

Sebab kau bilang masih di dunia ini

Berapa kali kiranya kubungkus puisi dalam puisi menggambarkan kesedihan ditinggal pergi 

Tema pergi memang lebih sering mampir daripada 'tinggal' 

Membuatnya seolah lebih bahagia dengan kata 'selamat' 

Padahal kedua belah pihak akur menjadi 'selamat tinggal' 

Semoga April yang tersisa tak menyisakan duka, kelam, dan kesakitan. Semoga April membuat kita sembuh dari segala luka dan berdamai dengan keadaan. 

Probolinggo

(Pada Pagi yang Sulit Kudapat)

(Pada Sore yang Tak Kuhitung Hari)