Catatan dari Teman : (yang) Kadang

Terima kasih sudah cerita! Diucapkan atau tidak memang sebelum mati kita harus bertemu lagi. Aku setuju dan tidak menggurui. 

Setelah percakapan pendek lewat gawai, disusul dengan kirim kelucuanku jadi babu atau menertawakan tawa ke orang lain, aku terlelap. Khusyuk sekali tak dibangunkan sistem sekresi maupun angin dini hari yang bisa buat bangkit tahajud tadi. Sebetulnya aku kesal, tapi Tuhan, gapapa kan? 

Kadang, dulu begitu juga yang jadi taruh. Kalau sekarang belum tentu. Kita lagi menanggung beban pikiran panjang yang tak sederhana 3 atau 5 menit memulai cakap tentang masa depan yang kita harapkan. Satu per satu dulu yang tidak atau belum mau membuat diri menguatkan, kemudian percayai yang dulu tak pernah terpikir. 

Cuma, aku juga senang mengenai donat. Meski gagal memang hampir semua merengek mau lagi buat dibikinkan. Fermipan kadaluwarsa itu yang jadi lebih menghangatkan. Walau tak mengembang seperti layaknya, rasa yang kubuat membuat ketagihan dan merajuk ke kota, mampir pasar beli kentang. 

Aku juga senang dengan ucapan semangatnya di akhir cakap sebelum lelap. Ucapnya tak diragukan lagi selain memberi harapan padaku buat masih memperjuangkan, itu juga ditujukan padanya sendiri. Memerangi rasa yang dia anggap nyata padahal tidak. Aku sayang kamu, rindu juga, dan tentu jika aku membaik, semesta lebih bersahabat, pun kamu kembali jadi manusia yang kukenal penuh dengan ceria dan semangat ayo bertemu. 

Ada yang gak begitu berubah ketika aku kena hawa dingin di pagi hari. Tentu saja aku pilek karena belum ketemu matahari, jadi aku yakin jalan menuju SDN Kaloran 2 yang naik, turun, berkelok, dan makadam yang lagi diterangi surya adalah caraku agar terbiasa melawan pilek-pilek yang menyesakkan dan memghabiskan banyak tisu yang harusnya tak perlu. Selain itu, tentu saja aku masih tidur di bawah jam 10 kecuali hari libur dan ketika aku mau. Terima kasih sudah mau mengerti. 

Nyari apa? 

Atau 

Cari apa? 

Di KBBI ada jawaban yang benar mengapa harus memilih keduanya?