Mencari Kantuk

Pada akhirnya menulis adalah pelarian selain menangis. Kalau di atas jam 10 belum bisa pejam mata berarti, aku harus nyata-nyata melakukan sesuatu yang buat mataku berat dan perlahan menutup. Meski tidak untuk selamanya, kali ini aku harap begitu. 




Kenapa lagu sebahagia itu nadanya dibuat sedih? Aku mencari arti buat mengerti mengapa hal tersebut dipilih? Bagiku ini bukan satu satunya yang buatku berpikir bahwa bahagia tak sepatutnya digembar-gemborkan dengan tawa haha-hihi berlebihan. Kadang memang mewujud perlahan dari apa yang telah terlaksana dalam hidup-kehidupan yang penuh syukur. Wujudnya berupa tenang yang tak perlu lagi afirmasi dari liyan yang tak atau mungkin merasa berekspresi adalah cara terbaik di dunia yang masih gencar endorse bahagia di sosial media kini. 

Kamu jauh, tapi aku bisa meraihmu. Begitulah gambaran pujian pada Tuhan, Sang Pemilik Hidup, pemodal paling kaya di dunia yang fana bagi manusia. Tapi pernahkah kamu berpikir bahwa sebetulnya Tuhan itu tak ingin disembah? Bahkan dia tak butuh diagung-agungkan. Ia memang tak meminta, tapi kekuatan untuk tidak melakukan itu lebih kecil dibandingkan rasionalisasi terhadapnya yang tiada ujungnya. 

Meski demikian, ada dari Tuhan yang hampir mirip dengan lagu bahagia yang sedang diputar dan dibuat banyak pemusik kali ini. Membuat tenang adalah pilihan terbaik pada tiap momen baik maupun buruk. -tenang


Intermezzo:

Lagu BTS yang Young Forever emang lawas banget, tapi masih aja chill in my ears. Hahaha.... lagu ini mengantarkanku selalu pada kenangan dari Jalan Tevesia menuju Perpus Pusat dengan sepeda kampus. Senyum dan sapa ramah penjaga stasiun sepeda dan ungkap semangatnya padaku untuk bisa menyelesaikan sedikit lagi. Ah... aku bertemu orang baik yang belum sempat kutemui balik dengan berita baik. - circa Q1 2018 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��