Terjeratnya Ia dalam Kabar

9 kali teng teng, sudah pasti ada yang meninggal lagi. Kataku menuju malam di ujung minggu "seringnya pergi akhir-akhir ini tanpa pamit" tidak diiyakan dengan selamat oleh seseorang. Ia bilang "seringnya pergi akhir-akhir ini tanpa pulang". 
Sejak itu aku yakin dia telah kehilangan separuh dunianya, dan belum menemukan lagi. Sedang bagiku pulang adalah hal yang belum bisa kutemukan dimana tempat atau siapa orangnya? 

Rumahku dulu sudah dirobohkan, tinggal kenangan. Sekarang sudah dibangun bangunan segede itu dan seperti bentuk bangunan gacoan. Hahaha ngaco, mana ada gacoan nyempil di jalan alternatif menuju Batu. Ya, kan? | ya apa salah berandai sih, Shan? Ga ada sih. Ya udah ayo tidur, biar mimpi. 



Lain ladang lain ilalang, ia yang lain bilang kalau itu akan sulit seperti bangun tapi terinjak. Meski di awal bermaksud hanya menawar lagu yang sedang kudendangkan, tapi berakhir pula dengan saling menyuarakan "pernah ada" tanpa rasa cinta. Hehe.. 

Editing aja belum selesai. Makanya masih pake ing hmmm

Dimana? Bangtem ketapang ya




Sedang adik kecil yang diamnya mirip seseorang menanyaiku dengan warna kesukaan, kujawab dengan mencontohkan hewan yang kusukai. Tentu saja jerapah, bukan babi. Apa hubungannya? Kembali seperti kataku pada malam menuju minggu, "tidak ada hubungannya, kadang hidup berjalan seperti itu, kan? Koma terus yang diurus lupa kalau titik juga bisa jadi jembatan dan jalan lurus. Bahkan menitikkan sejenak jadi jawab atas ketidaklugasan pikir yang memang naik dan turun, dinamis". 

Kami kemudian membicarakan pantai yang tak berpasir putih, malah berlumpur dan seringnya mata menangkap warna coklat. Gelap yang tak enak dipandang. Aku dengannya memasang default keadaan yang sama: kangen air, pantai, dan air terjun yang bisa saja sering kita kunjungi tanpa pandemi. Ah ya! Akhir-akhir ini sering sekali kami berbagi video yang menyenangkan. Membuatku senang memegang no.whatsapp pribadi. Ada bahagia yang tak kunjung putus sebab aku cuma ingin menyambung kebaikan terus. Haha, meski egois tapi ya inilah aku. 


Maafkan aku yang tak bisa meminta maaf atas kesalahan yang mungkin bagimu salah tapi bagiku tidak pernah demikian. Aku juga tahu aku belajar dari kesalahan itu, tapi aku cuma ingin ini tidak berlanjut dan membuatku terjerat dalam hilang raut, bilang segera maut merenggut. Aku ternyata lelah. Aku juga butub penyegaran. Tapi sekali lagi, aku tidak ingin meminta maaf. 

"Kalau kamu kan antropologi, masih memelajari tingkah laku manusia. Kalau aku ya memelajari sapi," sebuah pop up yang muncul membuatku senyam-senyum terpikat! Sebab ybs menyebut antropologi dalam percakapannya. Sedangkan orang lain tak tahu menahu mengapa jurusan tersebut ada dan tak pernah jadi favorit di kalangan perekrutan perusahaan. Aku kagum dia mengingatku dengan cara itu. 

Sebelum menutup dengan assalammualaikum, aku sangat bersyukur diberi teman yang mendukung buat aku terus berkembang. Terima kasih belajar bersamanya minggu ini, semoga segala kelancaran dengan selamat diberikan pada kita. Meski 1 diantara aku dan dia telah terwisuda dengan gelar s.cov hehe ya udah yang penting sekarang bisa belajar bareng lagi, meski virtual ya : tentu. Terus sekarang sudah agak normal dengan tingkat normal kita masing-masing. Terus juga semoga selalu sehat, dijauhkan dari pandemi laknat, yang udah kena semoga gak ada after effectnya ya. Dilancarkan sampai hari-H jangan lupa sholat malam, haha termasuk aku reminder buat diri sendiri. 

Terakhir buat yang manggil "Shan" doang. Ya sudah aku terima, mau apa lagi, kan? Ga bisa ketemu juga. Tapi kalau butuh bantuan sila berkeluh kesah. Aku masih ada, meski telanjur sudah pamit. Aku masih ada, meski tak menghantui laiknya kemarin. Aku selain ada juga pernah ada, seperti judul lagu yang dicapkan oleh ia yang lain. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��