Renung: Teatrikal Berujung Tragedi

Aku lama-lama pusing, tiap hari dengar berita orang mati. Dari email bisnis yang memang kadang kutunggu karena bawa berita baik, tapi nyaring juga terdengar berita yang tak baik-baik. Kadang melewatinya dengan lalu jadi berharga biar tak mendalam berpikir dan stress menjerumus. Kadang kala seperti ini jadi kala penting merefleksikan diri : bangkit, tetap tangguh atau menyerah ikut disiarkan mati atau pilih mati dengan sunyi. Sungguh bajingan hidup akhir-akhir ini. Lebih, bertambah, berkali-kali lipat. 

-atap kami bocor dan tak pernah bisa memperbaiki- begitulah hari-hari buruk yang sedang kami jalani. Maka Tuhan, perkenankanlah kami menikmati hari-hari ini dengan bersyukur apapun yang terjadi, menjadi baik dalam laku yang masih genting dan tak tahu kapan akan bergeming. 

Lalu Tuhan, akankah lalu? 

Setahun lalu aku juga ucap begitu, bahkan ketika aku masih saja membuat kesalahan yang sama. Tahun ini bahkan aku menuliskannya di resolusi hidup yang terang-terangan aku utarakan di tempat lain : bebas dari covid! Betul-betul covid ini bangsat, melaju dengan pesat, tak memilih ia yang benar atau telah sesat. 

Pusing kepalaku lebih diakibatkan oleh retakan-retakan kecil yang telah terbelah. Mata minus yang bertambah buram, dan semua kenangan-kenangan yang muncul dari awal Juli ini. Aku tahu, tak semua alur dibuat selesai dengan bahagia. Aku tahu, tak semua babak terjadi dengan derita. Aku juga tahu Tuhan penyayang umatNya. Lagi, yang aku tak tahu mengapa bencana ini bisa hadir di tengah krisis yang tiada putus bersinergi antara sisi kehidupan yang satu dengan lainnya?. 

Sedang aku sekarang memang mengeluh, membuat segalanya yang jenuh terlihat bertambah keruh. 

"Lihat, Tuhan! setelah berhasil naik 2kg, aku tak ada kemajuan. Pipihnya pipi tak lagi jadi daya tarik bagiku, sebabpun semua tertutup dalam masa pageblug ini" 

Ya!!! Telanjur berita duka keluar-masuk sana-sini tanpa henti. Padahal aku tak ingin, aku tak butuh sebab tentu saja akan merenggut energiku, akan mendegradasi imun yang sedang kubangun. 

Peace from June
It's still silent there, but not really more silent than today when there's no lamp to guide u back home. Oh Allah, could u plz stop the stupid c19 are? 
Dunkel, is das?



Pada kesimpulan yang sering aku lakukan, kali ini aku tak bisa lakukan. Aku tak memahami bab pendahuluan, bahkan jangan ditanya mengenai pembahasan. Semua terlindas masuk kuping kiri keluar kuping kanan, telinga hanya sebuah pajangan. Aku tidak sampai pada kesimpulan.

Heh, covid ini bisa jadi parameter juga ternyata untuk menilai seseorang. Wkwkwkwk... bagiku juga, aku akan lebih punya intensi ke orang yang memperlakukan covid ini dengan bijak. Jadi, kalau yang ini bisa disimpulkan, coba berkaca.  

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��