Renung: Bagian-Bagian Tak Tertahankan dari Aku

Tahapan mindfulness juga bilang kalau marah adalah rasa yang harus disadari. Sedang sekarang, aku marah pada diri sendiri. Kenapa aku masih bertahan menyakitimu padahal aku tahu ini sudah sangat toksik? 

Hei diriku! Kamu sadar kamu marah tapi tidak sadar kenapa punya kondisi yang tak bisa membantah di hadapan satu orang? Atau selama ini kamu sudah melakukannya cuma kamu lagi-lagi tunduk pada orang itu? Tolong sudahi marahnya, aku paham kamu sakit sendirian. Aku paham cuma kamu juga yang bisa menyembuhkan. 

Bonus selcaku di tengah sakit kepala sebelah tak tertahankan dan harus mendengar semua orang mempromosikan dirinya. Tahu kan rasanya nunggu sembuhnya gimana? Nggak, ya? Ya udah pokoknya jangan sakit kayak aku, jangan juga jadi seksis, rasis, bahkan etnosentris (lo, kenapa jadi sampe sana?) Nggak ada 'hehehe' atau 'hhhhh' hari ini, karena sakit kepala sebelah tak terhankan yang bukan os***** obatnya. Ngerti, kan? 
Insyaallah aku mau nyusul. Paling cepat bulan ini, tunggu. Kalau nggak, kukerjakan dulu tugas sampingannya. (pake bawa-bawa nama Tuhan (tumben) padahal gak begitu percaya pada yang berucap, apa boleh buat? Boleh apa buat?)



There's sunshine behind the rain :') 

But the question it's still the same:
Kenapa harus kembali padahal tiada lagi yang disegani? 

#kalau jadi marketing harus punya strategi. Bukan yang cuma jangka panjang, tapi pun yang bahkan buat esok, atau semenit yang akan datang. Sesungguhnya hidup adalah permainan kata-kata, terserah bagaimana kamu menerjemahkannya dalam tindakan yang nyata. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��