Catatan untuk Teman: Hari Terakhir di Temanggung

" Mbak, gak kerasa sudah besok tanggal 4 bulan Agustus. Rasanya baru kemarin aja kenal Mbak Shantica,"kata Ibu Ani di dapur rumahnya sehari sebelum hari terakhir kubantunya urusan menyiapkan hidangan.

Seharian itu, hawa Jrakah seketika padam. Mendung, angin, campur hujan yang membabi buta. Malamnya saat kami berupaya penuh terjang badai yang tak diundang itu, kami akhirnya bisa tertawa lepas. Mengingat kami sudah berbaikan, mengikhlaskan kedongkolan satu sama lain, juga melepas tangis kepergian dan pisah yang tak terelakkan. 

Tentu tangga gosip adalah saksi hening yang masih kurindukan sampai sekarang. Menjelang bulan ramadhan dan semua tentang persiapan. Tiba-tiba kenapa jadi seperti sekarang? 

Bukan! Bukan? 

Ya kali ini aku potong intro buat meluruskan. Aku sedang ingin menikmati latar di akhir cerita itu. Berjalan berhimpitan dengan payung yang tak cukup menampung orang sepuluh. Sudah begitu, hampir tengah malam kami sambil tertawa terngiang percakapan mengenai terong yang dimasukkan ke botol saat lomba 17agustus di dusun itu. 

Rupanya, sejenak hasratku ingin kembali. Sejenak itu juga kutulis di sini. Sehingga saja apabila aku duluan mati, aku masih ingat tentang ini melalui tulis. 

"Passwordnya Jrakah congkak, ya!" 

Sehinggapun aku tersenyum dalam bujur kaku. Aku rindu. 

 


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��