Berkasih : Kencan (2)

Cuan, cuan, cuan pokoknya cuan dulu. Tapi sebelum cuan, pokoknya adalah tujuan bercuan-cuan ria. Bahagia sudah kalau asam lambung gak ganggu hati dan kebawa pikir jadi sakit kemana-mana. La kalau sudah kayak gitu, bercuan yang dimaksud bahkan tak bisa dikerjakan sampai tahap kencan! Bahaya! 

Menjadi sendiri adalah pilihan, begitupun kencan dengan diri sendiri, bukan? Kali lain aku menanyakan kabar diriku, kemudian mengajak berkencan denganku. Rasa kesuburan yang terpendam jadi perlahan membumbung. Capai-capai mereka pada capaian maksimal. Aku tersenyum membuat diriku hangat. Aku tanpa sesak dan sakit punggung yang bolong melenggangkan kaki ringan nikmati nikmat yang tak bisa didustakan. 

Kencan, kencan, kencanlah lagi sepuasnya. Sebelum kujauh menjauh padamu, pada kita. Mengiyakan jarak membuat segala yang menjarak adalah jawab pasti pada waktu yang tak tentu tapi aku bisa merencanakannya. Kamu baik, aku akan mengurangi keburukanku. Hingga kita bersatu dengan kencan yang menggembirakan lagi, mari membenahi diri dan menyelesaikan yang belum selesai pada masing-masing. 

-yang akan melawan dunia!- 
Jadi mandiri ya, jangan bergantung. Pada dasarnya, kita hidup sendiri-sendiri kan? Lagi pula kalau kamu gantungkan kamu tak tahu seberapa lama kehadiran di antara kita adalah bukti fisik yang masih segar bugar, bukan? 

Dengan mobil beratap kaca, kupanggil ia dengan berkaca-kaca: mengaca



Ayo bertahan hidup dulu! Pada akhirnya, tahun ini satu per satu doa dikabulkan. Mengurusi hanya kencan denganmu jadi lebih jauh dijamin dan dijangkau. Kamu mengerti kan, kenapa? Tapi aku akan berusaha meluruskan waktu yang aku buang hanya untuk memburu tanpa tahu tujuan yang jelas. 

Selamat malam aku, daging sapi rebus, kucing yang baru melahirkan dua anak kucing, kucing sakit yang gak mau makan dan sedikit bau kalau lewat, kucing anggora yang suka bertetangga dan pipis sembarangan, ibu yang kesepian, dan teman seharian. 


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��