Berkasih: Mampir di Masjid Kotamu

 " Yang, coba kamu baca ayat ini --- setelah itu ---- -- -- baru berdoa yang kamu pengin". 

Percakapan tanpa alas sajadah di masjid yang ditempeli lakban buat jaga jarak itu terdengar syahdu bagiku. Meski harusnya aku tak kedinginan karena kipas angin masjid dan cuaca yang memang biasanya di kota itu cenderung hangat menuju panas, tapi berubah dingin menyelimuti sekujur tubuhku yang akan mengambil takbir pertama sholat ashar hari itu. Pada akhirnya terlahirlah ide padaku untuk mengnolkan kipas angin itu sebelum menggangu kekhusyukanku. 

Hers 

Setelahnya kami kembali memroses seluruh yang 'dulu' memotret yang terbaik dan membingkai proses itu sebagai refleksi diri dalam pigura yang ciamik. Kami tak bisa tertawa bebas setelah salam berakhir. Masih di dalam masjid yang sama menunggu waktu hadir mengusir halus dengan kesadaran diri aku harus kembali ke mulaku. 

Doamu di kotamu aku aminkan juga sebelum benar-benar pulang. Aku hanya ingin doa itu menempel jua pada dinding-dinding kubah yang indah di sudut masjid di kotamu. Aku waktu itu juga berbisik padamu: walau aku tak jua mengucap inginku padamu ketahuilah aku juga punya doa-doa yang hampir sama. Meski tak sampai kamu perlihatkan bintang dan bulan saling menguatkan malam itu, aku sudah sangat berterima kasih atas penerimaan terhadapku di kotamu. 

"Yang, jangan lupa doa-doanya ya". 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��