Refleksi: Tertebus
Riang-riang tanpa meriang, tiba-tiba tergantikan dengan dendam yang tertahan. Berujung mati mendadak. Ini sungguh kejam. Di pikiranku masih tetap "Mana bisa ini terjadi Tuhan? Oh, inikah garis akhir yang kau sudah perlihatkan dulu padanya sejak dalam kandungan ibunya?"
Urusan keras kepalanya ia mengubah, membuat tautannya lebih kencang dan lebih baik di mata orang belum selesai. Belum cukup selesai juga untuk urusan dapur yang harus dipertahankan untuk mengebul. Ia telah tiada. Dalam duka itu, tiada wajah baik dan buruk tergambar. Kecuali pucat pasi polesannya.
Semenjak menjadi adalah sebuah kewajiban , ia telah mengabdi walau menyakiti diri sendiri. Untuk usia yang tak sembarang makhluk tahu, untuk usia yang cuma Tuhan tahu, mengusahakan yang terbaik di tiap sela-selanya adalah obat mujarab buat memperbaiki hal-hal yang akan terjadi entah pada akhirnya 'cilaka' atau tidak.
Be kind to others rek // to remind myself // to // remind // maself
Ah ya!
#SahkanRUUPKS
Jangan lupa pakai masker.
Sering cuci tangan pakai sabun dengan tahapan sesuai anjuran WHO.
I love you.
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu