Berkasih : Kembali ke Dasar Buat Mengenalmu

Ia begini. Ia begitu, sedang aku duduk termenung memunggung di antara bunga-bunga desember yang hampir mekar. Tiba-tiba hujan turun, bersamaan dengan derai air mata yang tak bisa lekas reda. 
Hari ini dan setelah tahu, aku tidak bisa membedakanmu, pertanyaan tentangmu dariku selalu berputar pada "ini kamu yang mana?". Sekarang setelah aku belajar menerima, pelajaran selanjutnya adalah tentang membedakan dan toleransi di antara perbedaan yang terjadi. Sekarang setelah hari ini, aku akan tetap jalan di kakiku sendiri tapi tak melupa akan kamu. Sebab kamu dulu yang jadi terapi bagi pikiran tumpul mengenai piciknya hukum dan kemanusiaan yang terjadi. 

"Lalu, bagaimana caraku menghadiahkan terima kasih untuk hadirmu?"

Pertanyaan itu juga hadir setelah kau jadi pembuka di grup yang kita buat sengaja untuk mengenang 56 hari waktu itu. Pada sebuah sempat nyatanya aku tak bisa membuka suara tentangmu yang sedang tidak baik pada 8 lainnya. Tapi aku tetap cinta kamu. Meski seharian air mataku yang jatuh itu tak menghapus keadaanmu dengan serta-merta. 

Sudah sejauh ini tentangmu, sudah sejauh ini aku tak bisa kembali di saat kita tak pernah mengalami kenangan-kenangan. Tapi ternyata tidak jauh, aku harus kembali lagi merunut waktu mengenalmu : kembali ke awal. 

Semoga setiap yang sakit diberi kesembuhan, semoga yang terasa berat diringankan, semoga aku masih ada waktu bertemu kamu, semoga waktu tak memburuku jadi penakut dan penuntut, semoga pun dengan keterbatasan waktu kita masih bisa saling jaga : lebih-lebih buatmu yang perlahan kembali menemukan tanda. 

Setelah tahu, aku sangat ingin memelukmu erat berkata "tidak apa-apa, lepaskan saja" kemudian dengan saling diam dan menangis, pada akhirnya kuterima kau lagi dengan senyum secerah langit di lapangan sepak bola SDN 2 Kaloran, dan seriang pohon - bunga yang baru dipindahmediakan. Aku juga rindu, tapi belum sanggup bertemu. 


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��