Refleksi: Tentang Cinta, Putus Asa, dan Harap yang Diberikan

Aku menggamit ponsel sekenanya. Merasa semua hal telah berjalan baik-baik saja. Tapi pun tidak ada urusannya dengan ponsel yang kugamit, kecuali kabar-kabar baik dan informasi menarik yang kusimpan baik didalamnya. 

Merasa hidup sedang bahagia-bahagianya. Kuncinya memang harus betul merasa cukup akan setiap yang dipunya. Kuncinya melupakan yang telah berlalu, syukur yang tulus buat hari ini, dan mendukung tiap-tiap rencana ke depan. Aku mencintai kehidupan yang demikian. 

Dalam masa kekurangan, ada yang benar-benar mengajarkan tentang kehidupan. Ia berwujud suara bening dengan nada rendah dan berat dalam menjawab setiap 'iya' yang ia tak sengaja buat, tapi sengaja dituturkan. Bagiku yang tak mengharap sesal dan kesal pada tiap hari dalam kebersamaan, sang pengajar itu selalu saja kabur tapi masih kembali, kadang pamit, tapi juga kadang berbelit. Meski demikian dalam pencapaian atas kecintaanku dengan kehidupan yang kutelah sebut di atas ia berkontribusi. Meski ya tentu, sedang ia lebih memilih menata kehidupannya dulu. Membuat segalanya yang baginya baru dan menyesuaikan dengan hal-hal lama yang buntu. 

Aku yang tidak memaksa dan tidak terburu, pada kata 'lain' dalam segala putus asa berandai 'jika tiba-tiba' saat itu menghampiri, berharap selain pengajar itu aku memiliki pengajar lain. Meski tidak dengan sikap dan sifatnya yang buatku jengkel dan membuatku jadi menjengkelkan, orang lain itu adalah sosok khidmat yang seiring waktu ternyata pun kudamba. Tapi itu berjalan 'jika'. Sebab aku masih saja patuh pada ketidakpastian dan ketidakharusan. 

Pada akhirnya putus asa itu, ku jalani dan ku maknai sebagai bentuk menghormati kecintaanku pada hidup yang demikian. Ia ada dan masih perlu dicerna. 

Dunia terluka, begitupun aku. Sedikit sembuh, besar kemungkinan luka bertambah besar dan menganga. Tahun 2020 yang belum usai dan membuatku mencintai kehidupan yang tentu tanpa cacat sambat ini merangkulku dalam keadaan yang bijak. Membuatku kembali berdaya sebagai manusia, sebagai perempuan yang merasa hidup tidak hanya tentang kisah cinta, sebab hidup sedang berbicara dan mendengar tentang kecintaan terhadapnya. 

Ada kalanya hari berganti tanpa sedih adalah kekhawatiran bagiku. Takut tidak ada pemicu untuk melakukan kegiatan produktif. Pada dasarnya aku memang takut, tapi aku juga berani. Tiap nyeri yang hadir dalam bentuk hujat itu lebih sering ku tanggapi dengan mari sama-sama memberi dukungan satu sama lain. Meski kutahu benci dalam hujat itu menguat seiring tenggelamnya waktu dan kupikir biarlah orang lain yang memendam itu. 



#Sebelum melihat dan mendengarkan tiap cerita yang hadirnya dijanjikan, kini aku menganggap seseorang ada untuk berbagi bukan untuk memberi solusi. Lebih baik menjadikannya demikian daripada salah berkontribusi, sebab tak ada yang perlu dipertanggung jawabkan mengenai kehidupan orang lain kecuali yang sudah melanggar norma, nilai, dan privasi.  

#Really appreciated u for ur leisure time, yesterday. U cool! U made it! and I love that spirit you gave 😊 God will be knows, God knows - ur will. See u soon. 

 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��