Dunia Harus Tahu: Embun, Pagi, dan Harapan

Permasalahan orang berkaca mata kalau pakai masker adalah kacanya ngembun. Beberapa waktu yang lalu, kurasa ku temukan cara terbaik biar tidak berembun. Ternyata cara itu tidak begitu ampuh digunakan sebab tetap saja kaca mataku berembun. 
Embun pagi bagiku asyik, tapi kalau embun kaca mata ini gak ada asyik-asyiknya. Untungnya kalau dipakai bersamaan dengan masker mengendarai motor, embunnya tidak mengganggu. Jika saja demikian, pagiku dengan embun bakal tidak asyik sebab tidak kelihatan pun pengap karena pakai masker. Huhu padahal kuingin menikmati embun pagi sampai cuaca yang baik datang menggantikan embun. 


-----------------

" Lo, kok marah?" 

Kalimat di atas sering kali manjur digunakan buat meredam seseorang yang berada di puncak emosinya. Sudah banyak dipraktikkan di KKN JTG-96 2017, iya, waktu itu. Haha kita belum bisa merangkum setengah jalan 2020 makanya menceritakan yang dulu-dulu. Benar begitu bukan?. 
Balik lagi pada masa itu, masa-masa pagi adalah sahabat terbaik bagiku karena aku senang membangunkan teman-teman untuk bergegas memulai proker masing-masing maupun antar klaster. Ada rasa lega jika kuberhasil membangunkan seseorang. Mungkin terlihat sekadar itu, tapi kalau dilihat lagi tidak demikian. Membangunkan secara lebih dalam ku temukan sebagai kegiatan yang sama memotivasinya dengan kutipan motivator. Hanya, motivator menggerakkan secara hati nurani dan cara pikir kalau membangunkan menggerakkan secara fisik agar pikiran dan nuraninya jalan sesuai yang dikehendaki. Untungnya, tiap kali kubangunkan aku tidak pernah disambut emosi pun aku sampai emosi (kupikir karena kurang tidur semalam karena main werewolf atau nonton kartun bahkan sekadar ngobrol larut kemarin malamnya) sehingga pun aku dan yang dibangunkan tak pernah saling melontarkan "lo kok marah?" di pagi hari. 
Pagi hari yang dimulai pukul 04.30 itu harus segera digunakan dengan baik. Sebab pun kalau tidak demikian kita hanya menunda untuk berbuat baik (ya kan anak sekolah dimulai pukul 07.00, sedangkan kami bersepuluh dan kamar mandi cuma satu, kalau tidak disegerakan proker dan buku A1 gak terisi hehe). 


----------------


Pagi setelah ramadan jadi beda. Bukan karena corona masih ada. Ya mungkin karena itu, tapi ini pun karena mataku tak bisa dipejamkan lama-lama. 
Jadi ingat cakap kemarin tentangnya yang berkata kalau tidur terus-terusan namanya mati. Setelah akhirnya sampai detik ini ia tahu, meyakini, dan berasumsi penyebab meler hidungnya adalah kurang tidur. 
Bagiku asal tidak dilakukan dengan terpaksa dan memaksa itu boleh-boleh saja. Bagiku asal tidak kehilangan harapan, pagi tetap akan menjadi pagi. Ayam akan tetap mematuk. Sehingga memejamkan mata atau tidak di pagi hari tak ada urusannya dengan ayam yang suka mematuk itu. Harapan bercampur usaha di waktu kapanpun asal diatur presisi akan menemukan jawabannya sendiri. 
Selamat pagi, mari memulai hari mengusahakan lebih baik dari hari kemarin :)

#lebih biasa menggunakan emotikon manual daripada emotikon bawaan ponsel, yang ini terlanjur nyaman. Sampai ada juga yang memerhatikan. :D 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��