Catatan dari Teman : Kilas Balik

" Shan, kamu sakit? Kok kelihatan pucet?"
" Shan, kok kamu keringetan gitu eh? Kamu gak kenapa-kenapa?" 

Pada beberapa pertanyaan yang bernada mirip dan yang sering dilontarkan padaku dulu ketika baru bertatapan denganku di bangku kelas pada jam kuliah, kuhargai itu sebagai kalimat penyemangat dalam menjalani hidup yang sendiri di kota nyaman seperti Yogyakarta. Peduli adalah rasa yang kehadirannya tak ku pungkiri, kunanti di tiap hirup oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbon dioksida di Yogyakarta. 

Sehari, idul adha, 2 pantai, rumah nenek kawan

Ini kenapa Aufa ga kompak sih? Atau ini kenapa Aufa gak bilang mau posenya begitu? Kan bisa dilengkapi (heartteu)😂

GSP terakhir bersama Sarap Bersahaja. Di sesi ini aku menguras air mataku, mengatakan hal-hal yang tak bisa kuungkapkan selama berproses. Kalian pun!. Pada suatu hari yang mempertemukan kita lagi mari olah rasa bersama ehe. 

Musuh kalau udah ke samiasih grup! Intel tidak bisa bersahabat denganku. Pertama memang karena menunya mi instan yang notabene aku gak mau makan kalau tidak betul-betul ingin. Kedua karena mengandung telor di atasnya yang berbentuk telur dan tidak dicampur. Pada akhirnya, ini kumakan sih karena hari itu adalah tantangan untuk tidak membatasi diri pada pantangan diri. Meskipun kumakan telur, tapi tidak semua. Sebagian dari itu, ku serahkan yang mau memakan telur itu setelah aku membayar lunas tantangan yang kutantangkan pun pada diriku sendiri itu. 



Kalimat-kalimat itu bermunculan kembali di akhir hari-hari ini. Bukannya aku meminta ada yang peduli, kali ini aku sedang ingin kembali pada masa sendiri kala itu menjaga peduli dalam kalimat itu sebagai peduli pada diri sendiri. Sekarang aku merasa terbatasi, tak lagi dulu adalah cerminan yang mungkin sama dengan hari ini bahkan esok hari. 

Aku ingin menjawab pada mereka yang peduli bahwasannya keringat yang ku keluarkan hadir sebab, aku berjalan dari kos sampai kampus, dan aku memang 'sugih keringet' ehe. Tapi pun sampai semester berakhir kalian menanyakan pertanyaan yang jawabannya pun retoris. Lama-lama ada yang dipahami, sama-sama memahami. 

#Terima kasih teman-temanku atas kesadaran bersama yang tidak sengaja menetap dalam konsep berpikirku sampai sekarang. Contohnya tidak mengambil hati kalau ada yang berucap rasis, body shamming meski tahu kenyataannya demikian. Bersama kalian aku merasa 'okay, itu wajar dipikirkan tapi gak perlu berlebihan, pun kita harus ngerti batas yang sedang dibangun dari percakapan berbau negativisme tersebut'. Contoh lainnya yang paling sering terjadi adalah perilaku orang lain yang seksis dan harus kita pelajari sebagai sikap yang tidak wajar di tengah kewajaran yang dibangun dalam sistem patriarki. Contoh konkritnya ya gak ada kalah-menang kalau perkara mempercantik diri baik perempuan maupun laki-laki. Sebab cantik tidak memiliki jenis kelamin tertentu, ia bebas dipilih. 
Intinya, bersama kalian, jiwaku tidak meronta-ronta untuk pergi meninggalkan. Ia ada dan ingin sesekali dipertemukan dengan cara yang paling sederhana sekalipun. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��