Refleksi: Atas Keinginan Kita

Setiap hari adalah berkah, hari Jumat pun demikian. Meski ia dilabeli 'paling' di antara hari lain. Mari mengucap keinginan yang kita butuh dalam upaya tetap hidup di bumi Tuhan. 


Tentu saja aku bernafas berat, tetap bersyukur melihat keadaan sekarang yang serba seadanya. Meski juga sebenarnya beberapa hari ini dibuat kecewa karena 'lathi' wakil rakyat yang dulu tak pernah kusegani kini merambah jadi benci. Aku dan mungkin sebagian orang di Indonesia sedang muak dengan keadaan ini. Aku sampai heran dan penasaran atas makna demokrasi yang kita pegang. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, kan? Tapi nyatanya tidak demikian. 
Diakui saja, pandemi ini jadi semacam panggung politik bagi orang-orang yang mampu membuatnya menjadi konser bagi mereka. Diakui saja, negara dan pemerintahan sekarang kacau karena rakyat diombang-ambingkan dengan kebijakan yang tidak pernah sampai pada kebijaksanaan. Rakyat sedih, bimbang, dan cemas. Tak ada sedikit empati buat mendengar keluh kesah rakyat yang harusnya berdaulat. Iya, pertanyaanku pemerintah ini sedang mendengarkan rakyat yang mana? Netizen terlihat bukan, rakyat kecil apalagi, tapi masih mungkin lagi-lagi buat mereka yang tidak punya akal sehat buat hidup untuk kemaslahatan bersama, berduit dan secara disengaja legal memberi putusan mau dibawa kemana negeri ini? Aku sendiri mulai ngeri tinggal di negara ini. Secara sosial-budaya aku masih nyaman, tapi tidak secara politik-ekonomi-pemerintahannya. 

--------
Setelah aku sedih, kesal, dan putus asa atas perjuangan yang kemungkinan sia-sia dalam penerapan PSBB yang mana menahanku untuk tidak mengambil tiap kesempatan ke luar kota, email koran weekdays langganan mengingatkanku dari berita yang dibuatnya. 
" Kalau kamu dan manusia lain lebih suka mengingat-ingat kesalahan satu sama lain, ingatlah Tuhan selalu mengingat kebaikanmu walau itu sedikit". (Kurang lebih isinya begini)
Kutipan di atas relate juga dengan keadaanku saat ini. Gak, bukan hanya aku. Banyak di antara kita mau jujur ataupun tidak. Dan aku sangat bersyukur atas teguran itu buat lebih beramal shaleh dari hari-hari sebelumnya, tentu pun tidak sering melempar hal-hal negatif yang merugikanku pun orang lain. Thx catch me up!
Selain itu 'iqro' waktu dhuha tadi juga memberiku gambaran indah buat lebih bersyukur, tidak segan untuk memfilter keinginan sendiri yang memang tidak butuh, pun pemaksaan kehendak atas orang lain. Mengingat kita selalu hidup dengan liyan, kita juga harus ingat: 
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan) QS. Ar-Rahman juz 27. 
Iya, Allah SWT telah menciptakan dunia dan isinya ini dengan sangat proporsi. Tinggal manusia yang berakal ini mencari cara buat ke surga yang dilukiskan oleh-Nya melalui ayat-ayat yang juga di Surat Ar-Rahman. Tentu dengan cara yang tidak merusak, dengan cara yang baik buat alam yang hingga tua umurnya kini mau menampung manusia yang banyak celah salah. 
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan sampai 31 kali disebutkan dalam Surat Ar-Rahman, pertanda memang harusnya manusia ini banyak syukur daripada kufur. Tuhan selalu mendengar, kita saja yang sering kali mengabaikannya. Walau kita tentu punya batas yang tak pernah kita paham dalam hal beriman, namun percaya yang kita utarakan, yakini dalam hati, dan dilakukan dalam perbuatan dengan izinNya bagiku adalah iman itu sendiri. 


Nb. I love you to the moon and back! 🐋☀🌈🌐

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��