Berkasih: Esok Lebih Baik

Takbir telah berkumandang 
Remaja masjid tiada berkumpul bertandang ikut berdendang
Kini di rumah masing-masing 
Menyaksikan kemeriahan tahun kemarin
Membagi dalam cerita dulu-kini 
Lebaran dalam diam akan dilaksanakan diam-diam
Tanpa sua, tanpa tatap, tetap khidmat pada makna memaafkan, berbagi, dan berkasih

Dari sudut Kota Lama yang belum sepenuhnya kunikmati karena listrik tiba-tiba padam 
Kutitip resah pada jingga di sana yang hadirnya tak bisa kujangkau dengan kejutan bahkan laiknya tiap saat 
Kugantung selalu semangat berucap sapa berbagi kenang 
Jingga, kita menuju ke kuning ya


#Mbak Tit di lebaran tahun lalu setengah berbisik berkata," semoga tahun depan paling tidak masih bisa 'ngasih' seperti ini, semoga tahun depan lebih baik," padaku yang hendak bagi-bagi uang saku buat adik-adik dan keponakan. Luncuran kalimat tersebut tidak pernah sekalipun ku lupakan. Betul, tahun ini lebih baik. Sebuah pelajaran mengikhlaskan jadi sekumpulan cerita yang lebih baik itu. Bersamaan dengannya menjadi diri yang sederhana, merasa cukup-mencukupkan adalah lebih baik yang hadir di tahun ini meski belum bisa aku membagi lagi dengan materi. Tuhan adil pada tiap umatNya. Tuhan juga tidak adil pada tiap umatNya. 

#Tiga tahun lalu ketika tak bisa pulang waktu lebaran aku menangis. Sejak itu kurasa lebaran adalah momen yang bisa membahagiakan bagiku. Aku baru menemukan, ketika aku kehilangan : lagi. Tahun ini, banyak yang berubah. Di momen yang sama dengan hadirnya aku di rumah, rasanya seperti tiga tahun lalu. Ada yang hilang. Malam minggu yang penuh kasih ini ku berdoa semoga kita adalah bagian dari orang-orang yang diberkati Allah SWT, semoga atas rahmatNya membukakan jalan bagi kita melakukan banyak hal yang selangkah lebih maju dari kemarin dengan keadaan mendesak-terdesak atas c-19 ini, semoga yang berpisah cepat bertemu dalam waktu dekat: jodoh, karier, dan rasa rindu yang terlanjur jadi berat,  semoga kita termasuk orang-orang pemaaf yang mampu mengontrol kondisi yang serba gila ini. Aamiin. 

#Terima kasih Gemma atas ucapan idul fitri yang kamu lontarkan sebelum besok terjadi. Terima kasih atas percakapan sarkas, kadang mengandung SARA tapi terkandung maaf yang nyata kemarin, meski tidak selama 6 jam dan aku tak hanya jadi pendengar, aku merasa senang. Hati dan jatiku jadi mantap atas setidaknya validasi dari percakapan atas bilangan utuh yang coba kita ubah menjadi pecahan yang lebih simpel dibagi dan digunakan. Terima kasih membuatku kembali mengingat masa suram yang indah. Terima kasih menganggapku ada dan membuatku ada. 😃 Tentang kita yang generasi 'awang-awang' aku setuju 84% sisanya adalah ketidakpercayaan atas diriku yang percaya pada keadaan itu. Tapi aku tetap menjalani, Gem. Masih hahahihi senang menyaksikan yang imajinasi itu terjadi di dunia nyata. 

#Aku harus tetap sehat agar bisa bertemu kalian yang kucinta, kusayang, kutunggu kehadirannya. Aku akan membuat diriku lebih berisi (heu aku pun sedih merasa diri berangsur kurang berat tubuh ini) sebelum bertemu kalian dalam keadaan yang telah baik-baik saja. Jika memang yang kita hadapi setelah pandemi berakhir adalah kenormalan baru maka setidaknya dengan banyak belajar dari merenung, mengobservasi, dan memberi ruang kausalitas, kukan menjadi diriku yang lebih tenang menghadapi banyak hal yang menantang di depan. 

Kangen. 


Renjanaaaaaaaaaa 💕

 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��