Refleksi: Tentang Menangis

Baru saja keponakanku menangis, terlempar oleh adiknya smartphone ke wajahnya dan ternyata terlalu keras mengenai bagian bibir atas dan bawahnya. Ia menangis, tidak sedang menahan sakit. Kemudian aku mulai berpikir setelah memberinya pertolongan pertama "Sejak kapan ia hanya didiamkan orang sekitarnya ketika menangis seperti tadi? Apakah mungkin sejak ia menjadi kakak?". 

Pada pikiran liarku yang lain ada pembicaraan yang lagi-lagi buatku tertegun. 
" Semenjak kau sudah dianggap 'besar' nangis itu gak perlu"
" Mengapa begitu? Apakah orang dewasa pun tak dibolehkan melakukannya? Padahal mereka lebih besar daripadaku" 
" O, kutarik kembali kata-kata barusan, sebentar lagi aan ada kesalahpahaman"
" Uh, maksudnya?"
" Sebenarnya bagiku, menangis itu perlu. Hanya orang-orang terdahulu banyak yang salah kaprah mengenainya. Mereka sering kali menganggap menangis adalah tindakan lemah dan tidak pernah meluruskan urusan menangis ini dengan baik-baik"
" Bagaimana memang baiknya?" 
" Menangislah jika memang menangis adalah cara agar tidak menahan emosi yang kau punya sebab menahan emosi akan membuatmu meledak tak terduga pada suatu hari, meski kau juga harusnya mengerti menangis butuh standar yang wajar karena berlebihan bukanlah hal yang tepat"

Semenjak banyak mulut yang bercakap dalam pikiranku mengusik tidur-tidur malamku perkara yang macam-macam, kububuhkan sedikitnya 2 tetes untuk meredam damai diri pada masalah yag telah, sedang, dan sudah kuhadapi. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��