Opini: Baik yang Tidak Baik

Penantian yang panjang untuk membuat SIM (Surat Izin Mengemudi) akhirnya (akan) terijabahi bagiku, Iya, setelah tahun lalu dengan cara 'baik-baik' tapi tetap tidak terwujud akhirnya beberapa kali di tahun ini mencari orang yang tepat untuk mensukseskan pembuatan SIM buat diriku sendiri ini berhasil --- (berhasil dengan cara tidak baik). 

Dua kali ini aku merasa sangat berdosa. Bukannya aku sok suci kayak gak pernah punya dosa. Cuma, cuma, cuma waktu tes online teori SIM tadi aku benar-benar merasa ada di antara ingin mengungkapkan semua yang dilakukan bapak yang gak kukenal ini bakal memati-kutukan diriku sendiri. Aku kesal, bagaimana tidak? Bagaimana kalau memang iya? Sepertinya iya!. Balik ke pernyataan awal tentang dua kali, ini memang yang kedua. Pertama kali aku merasa sangat berdosa karena berbohong adalah ketika kuterlibat dalam survei penggunaan misoprostol bulan kemarin. Iya, berbohong tentang identitas yang memang harus. Sebab saat itu tugas dan tanggung jawabku adalah menjadi mystery client yang mampir-mampir di apotek dan toko obat di Yogya untuk menanyakan obat yang telah kusebut sebelumnya. 

Getaran yang tumbuh dari dalam (mungkin yang disebut...) hati kecil pada kesempatan pertama waktu itu terjadi ketika....... aku berbohong tentang usia kehamilan, pacar, restu orang tua, dan banyak hal yang intinya tidak sesuai denganku, kondisiku, suasana dan apapun tentangku : tapi dalam apotek aku harus profesional. Meski pada akhirnya di jalan menuju bertemu koordinator lapangan aku menangis sesenggukan. Menangis jadi sebuah usaha menetralkan kembali apa yang telah kubuat ke dalam mode awal saat kubelum masuk ke apotek yang pada akhirnya buatku patah hati. Deg-degan bukan karena jatuh cinta, deg-degan karena takut berbohong :( 

Kedua kalinya ya terjadi saat pengurusan SIM. Tiba-tiba pekerjaan tes teori onlineku dihentikan oleh petugas yang mengarahkan kita di ruang tes. Ia memindahkan tanganku dari mouse, ia langsung menjawab dengan cepat langsung di layar touchscreen komputer yang kuhadap. Aku jelas terpaku, diam, tak melakukan apapun. Kecuali getaran-getaran yang sama pada kejadian pertama. Aku berasa ingin menangis di tempat, tapi benar-benar kutahan karena suatu keadaan. Di tengah-tengah kejadian yang buatku bicara saja tak sempat, aku mulai observasi sekeliling. Di pojok kiri ruangan ada kamera cctv. Apa tak terlihat hal-hal semacam itu di rekaman?. Atau apakah cctv tersebut hanya pajangan? Ah, pada imajinasi seperti ini aku baru sadar kalau aku terlalu banyak menonton drama Korea tentang kepolisian di sana yang serba canggih dan transparan. Huft... eh, ternyata teman sebelahku pun diberi perlakuan yang sama. Mungkin ia pun berakhir bisa duduk di sebelahku karena kongkalikong dengan pihak-pihak yang tak terlihat: sama sepertiku. Dengan terpaksa karena aku butuh SIM, akhirnya aku tidak menangis untuk mengubah mode seperti di kejadian pertama.  

Kulihat di sana-sini terpampang mengurus SIM mudah, perpanjangan SIM mudah. Estimasi waktu pembuatan SIM bahkan hanya 68 menit, dan perpanjangan SIM kurang dari sejam. Tapi bagiku, tidak. Jalur yang benar, tetap saja sampai berbulan-bulan. Entah setelah ada pemeriksaan dari Polda Jatim kemarin yang akhirnya memergoki pungli di Kediri. Aku memiliki harapan ke*olisian dan fasilitas pelayanan publik lainnya benar-benar bersih - walau kita percaya di dunia ini tak ada makhluk Tuhan yang paling bersih, setidaknya mencoba menuju ke sana dapat kita kerjakan. Melakukan pekerjaan seperti di kejadian kedua ini berbeda dengan kejadian pertama. Jika aku berakhir mengetahui fakta yang menarik untuk kembali digali di kejadian pertama, di kejadian kedua aku hanya mendapat sakit hati mungkin nanti juga akan berujung memaki diri sendiri melakukan hal-hal tidak baik yang jadi baik. 

Mungkin tidak hanya aku yang merasa urusan SIM ini butuh pengorbanan terutama pada waktu dan uang. Aku sangat mengapresiasi bagi mereka yang lolos dan bersungguh-sungguh tanpa terlibat pungli. Aku juga memberikan apresiasi pada mereka yang berusaha mendapatkan  haknya tapi masih juga dibelibetkan dan akhirnya merasa kotor (membayar) seperti diriku ini (akhirnya aku tes praktik, tapi gagal lagi sih). Hiks :'(   



Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��