Penyimpanan: Terlanjur Basah

Akhirnya kesampaian juga main ke Blitar. Berangkat naik kereta Dhoho-Penataran dari Mojokerto cuma 15 ribu. Wah, murah juga ya. Yaps, karena kereta tersebut terhitung masih kereta lokal antar kota di Jawa Timur. Membutuhkan waktu 3 jam agar bisa sampai Stasiun Blitar. Sesampainya di stasiun, Immas sebagai pemandu peralanan selama di Blitar menjemput kami di stasiun, Eh, lo kok kami? Iya, sebab 4 teman lain datang dari Jogja langsung menuju Blitar. 
Menginjakkan kaki kedua kalinya bagiku di kampung halaman Immas tersebut, kami dibawa olehnya untuk makan pecel - makanan khas Blitar di warung yang sepertinya tak pernah sepi pengunjung. Warungnya masih berada di daerah kota, tapi aku lupa nama warungnya apa. Hehe... Setelahnya, kami menuju rumah bersih-bersih lalu menuju ke rumah Nenek Immas yang cuma beda gang, wkwk. Mm, ya. Immas lagi panen genitri. Pohon yang memakmurkan warga desa di sekitar rumah tinggal Immas. Ehe 

Malah main si pitung wkwk ... maksudnya ini bergaya biar mirip Dilan-Milea gitu. Tapi ya... 

Kenampakan pohon genitri yang tinggi itu ditambah kolam Nenek Immas

Ini hasil pembenihan genitri di kebun sendiri

Ini versi kecil dan banyaknya hhh

Ini intermezzo aja, karena warnanya kuning

Ini pohon genitri yang tinggi

Ini bapaknya berusaha nangkap genitri 

Ini juga berusaha. Dan di atas ada yang naik dan bawa galah lo. Gimana proses naiknya? mirip kayak ngerek bendera atau timba di sumur. Tapi seperti yang selama aku lihat kearin, kayaknya gak ada katrolnya. Entah kalau ternyata ada. Satu orang yang naik, yang narik bisa 2-3 orang tenaga laki-laki sehat. Eh, bukan berarti perempuan gak bisa narik ya. wkwkwk cuma yang ada di depan mataku kemarin gak ada petani perempuannya. Hehe

Nah, yang warna coklat pekat itu genitri, harta karun yang diperjuangkan sama bapak-bapak di atas ketinggian 20m. Hayo tebak itu tangan siapa? hehehe


Pokoknya setelah serangkaian acara di rumah Neneknya Immas maka kami pulang dan istirahat menanti hari esok.

Esok bukan tidak lebih baik, tapi esok berjalan baik. 
Keesokan harinya, pagi-pagi pukul 09.00 kami melakukan perjalanan ke makam Bung Karno. Agak jauh juga sih dari rumah Immas dan sepanjang jalan banyak lubang (yang kadang tak kasat mata hh). Kurang lebih sejam kami sampai. Wilayah parkirnya lumayan banyak pilihannya wkwk.. Pilih yang dekat pintu masuk atau pintu keluar. Kebetulan kami memilih yang dekat dengan pintu masuk, sehingga agak jauh dari pintu keluar yang harus melewati pasar berisi oleh-oleh khas Blitar. Biaya masuk ke makam Bung Karno yakni 3ribu rupiah tambah parkir 5ribu rupiah (kok mahal parkirnya?). Lalu yang didapatkan adalah keliling museum, perpustakaan, sama ziarah ke makam Bung Karno. Oh ya, di beberapa sudut sebelum masuk gerbang makam terdapat beberapa penjual kembang sekar. Sengaja peletakan penjual tersebut di area tersebut, kalau dilihat-lihat memang banyak juga yang menabur bunga di atas pusara mantan presiden pertama Indonesia tersebut. 

Patung Bung Karno yang paling besar di area museum 

Salah satu isi lukisan museum. Oh ya, museumnya isi foto-foto kenangan Bung Karno dengan istri-istrinya, sejawatnya, dan rakyat Indonesia, lalu beberapa lukisan tokoh nasional, dan koleksi lain seperti aksesoris yang pernah beliau kenakan semasa masih hidup. 

1st polaroid hambuh

Lengkap, difotoin orang, dengan sedikit perjuangan dan pengorbanan...

Setelah itu siangnya kami ke kampung coklat... 

Pohon coklat ini membuat suasananya teduh. Jadi, gausah takut sinar matahari langsung masuk ke pori-pori kulit kita hehe pohon-ohon coklat di sana meneduhkan. 

Ih, gak siap ya?

Di sana juga ada tetrapi ikan. Tapi harus bayar lagi, di luar bayar tiket masuk yang 5k. Oh y, parkir motor juga 5k. 

Ini toko oleh-olehnya yang rerata isinya ya coklat wkwk dari olahan permen, bubuk, coklat batang, kue coklat, kaos pun ada tapi ya kainnya tetap katun sih wkwk. 

Suka nemuin hal-hal semacam gini. Rumah ini sendiri banget. Gak tahu harus lewat mana menuju ke sana harusnya ada jalan sih, yang jelas dari pusat oleh-oleh kampung coklat rumah sendiri ini bisa kelihatan. 

Banyak sudut kolam berisi ikan di kampung coklat 

Ditunggu dulu gambarnya setelah jepret, biar gambarnya kelar. OK

Lapo, Nis?

Lapo, Shan? 

Groufie, santai gak kayak di pantai ehe

Ngeneki lapo, cuk? mbuh!!!!
Rodok ngalop :D

Tujuan awalku tercapai sudah. Aku mengunjungi Immas sekalian menjenguk ibunya, meski aku lupa tidak membawa apa-apa dari rumah karena serba dadakan dan pada akhirnya main-main juga. Terlanjur basah, terlanjur ikut arus ditinggal belum tahu kemana.  



Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��