Refleksi: Sesal, Sesak, Senyatanya, Bertanya-tanya

Ketika sendiri, hal yang kupikirkan adalah 'aku ada dan aku yang berhak mengatur dunia(ku)'. 'Aku ada, aku mendengarkan musik yang kusuka tanpa ada orang lain yang rewel dengan suara berisik yang kuperdengarkan lewat speaker'.  'Aku ada, dan aku juga punya alur dalam drama hidupku'. 'Aku ada, aku pun punya rasa'
Begitu orang lain masuk dalam kesendirianku itu, semuanya jadi buyar. Aku sangsi benar dengan kenikmatan yang dibangun 'bersama' padahal kita nanti  mati sendiri dan tidak menanggung dosa bersama. Aku terkadang hanyut dalam bahagia orang lain hingga lupa bahagiaku sendiri lebih penting. Aku egois lagi, lupa hidup di dunia itu ada kewajiban zoon politicon.
Fase ini mulai terjadi, momok yang menghantui tidak hanya menjelang pagi. Bahkan setiap waktu, hampir setiap hari. Setiap hari, dan duniaku dipenuhi caci maki, hal-hal baru yang creepy, ngeri, mistis, politis, stereotip, hingga merugi. Meski tidak semuanya begitu, sebab kadang ada yang sifatnya memberi motivasi, buat percaya diri menanam investasi, berbagi dengan manusia lain, traveling, komedi, hingga kabar wedding stories. Kenyataan-kenyataan dunia lewat dunia maya dilombakan menjadi yang paling populer, disegani, dan patut diberi komentar-komentar yang menurut tiap orang benar, adakalanya jadi lahan cari untung buat kalangan tertentu. 
Padahal di sini, aku masih bertanya-tanya konsep 'benar-salah' yang sering dikatakan dalam ilmu yang sedang dalam perjalanan kuyakini, istilah di dalam suatu perjumpaan kuliah yang disebut sebagai 'oposisi biner'. 
Hingga pada memori yang penuh dengan macam-macam warta dan wacana itu kutemukan aku melalui kalimat 'menjadi orang lain lebih ringan dilakukan, sedangkan menemukan diri-sendiri masih mencari jarum dalam tumpukan jerami'. Terima kasih dunia maya yang membuka dunia orang lain yang kadang tak sanggup ditampung otakku buat hidup 'seperti' mereka sehingga aku harus kembali pada diriku sendiri, berusaha, dan yakin. Itu katanya kunci, entah kunci dari siapa - jelas sering kudengar. Terima kasih kenyataan hidup, aku sadar - aku aneh. Aku yang sadar aku aneh, dan masih ada orang lain mau berbagi keanehan yang kujalani.  

tq dep, fotonya membantu

Tulisan resah yang tidak runut ini ditujukan untuk hati kecilku yang tidak sanggup kuajak bicara beberapa hari terakhir. Sosoknya masih murung, belum memberi jawaban yang mantap padahal ada orang lain dan mungkin dengan hati kecilnya juga terlibat dalam membangkitkan hati kecilku yang belum sempat mengangguk sekalipun. Aku berjalan dengan raga, pikiran, tanpa rasa, sebab dia masih betah tidak respon sekadar lewat tubuh sebagai bahasa. 
'Hei, ayo memulai kembali menyayangi diri sendiri. Kita baikan ya'. 


#draft1 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��