Berkasih: Pulang - Tak Lagi Rumah


1:
Tidak ada yang ditinggalkannya di kamar 3 kali 3 ini
Dia tak lagi jadi satu di masa aku memilih cara buatku mengubah diri
Dia jadi banyak menasehatiku dari panjang-lebar hingga tak berbunyi lagi
Sebab kukira dia sebal kepadaku
Terakhir kali kami bertatap muka satu sama lain
Bukan rumah sewa itu tempat kami melangsungkan pertemuan
Bukan rindu, ia hadir karena kebutuhan
Atau aku saja yang tak bisa mengekspresikannya dengan kata-kata dan sikap 'baik' di mata khalayak
Buatku, aku buruk baginya

2:
Aku ada di tengah : aku dilema
Sedang dia adalah imbas
Tapi dia masih berpikir sesuai keahlian
Pernyataan terakhir lewat pesan singkat yang kutunjukkan padanya tersurat dengan sungguh
Kutakut diusir secara perlahan dari pikirnya karena aku berada di sisi salah
Lalu aku menyalahkan kebenaran yang dianutnya
Dia lebih paham kondisi
Kujadi asing dilihat dari posisinya sekarang berdiri

3:
Jujur kutak pernah berbicara banyak dan serius dengannya
Aku cuma sering meratapinya
Ia tak pernah menyingsingkan lengan bak pahlawan perjuangan
Asap rokok jadi setengah nyawa yang dibayarnya
Asap rokok yang perlahan gerogoti kecemasan di antara kerabat
Sekali kukirim pesan teks padanya yang entah malam itu dibacanya atau tidak
Kuyakin dia terhenyak kemudian meluapkan emosinya
Pasti malam itu terjadi keributan
Pasti tiap hari ia hanya bersungut sambil meminta lima ribu untuk jajan
Pasti!
Pasti ia tak menyadari kulihat sebagai benalu
Aku malu berkata begitu
Lebih malu, kenyataannya aku tak mengubah apapun
Hanya dengan pesan teks yang diterimanya malam itu

4:
Sesak
Kugusar memulai darimana
Ia selalu menghibur dan berkata maaf lebih dulu
Ia tersenyum dalam kepahitan hidup
Babak per babak drama dilaluinya
Buatku ingin segera mengembalikan yang ia perjuangkan
Buatku ingin meyudahi segala hal yang dijaminnya
Buatku bersungguh menyehatkan raga dan jiwanya
Buatku bersungguh membuat puncak konflik yang berkecamuk turun dengan pendinginan
Segala pinta yang dihadapinya bakal ia lakukan demi 1, 2, dan 5
Mungkin juga 4 yang tersirat

5:
Aku (ingin) pulang
Menyaksikan alur tragedi-komedi terjadi
Memori ikanku mungkin tak sanggup menerima
Hati kecil tak pernah bohong 'tuk buat segalanya damai dalam persemayaman
Terkejutku tidak tiba-tiba saja muncul
Fenomena gunung es sedang menghantam keterkejutanku

Tapi pulang,
Siapa 'kan jemputku?
Ya pulang, aku minta izin
Sebuah izin yang jarang sekali diungkap diriku dalam sepi dan keributan
Aku tidak hilang
Hanya kadang aku menantikan dering telepon cerita kehidupan
Bukan dering perut didemo cacing kelaparan
Menantikan pesan datang membawa kabar
Aku (harus) pulang
Tak terbersit 'tuk lupa pada kulitnya


Pulang = dia+dia+dia+dia
dilangsungkan olehku melalui pernyataan di pikiran dalam sebentuk memori
disimpan dalam peti apik yang tidak boleh diotak-atik  

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��