Refleksi: (Lupa) Bahagia

Semenjak aku paham memberikan semangat untuk orang lain itu perlu, aku juga paham memaksakan senyum dengan bilang 'senyum dong' pada orang lain jadi tidak perlu. Kesadaran tersebut terbangun sejak Mas Thor yang di Sekaten melambai-lambai tanpa senyum sekalipun. Ah, ya meski banyak manusia berpura-pura akan perasaannya, masih ada sebagian manusia yang tidak memaksa dirinya untuk menjadi apa kata orang lain, apa yang diinginkan orang lain, bahkan menjadi orang lain itu. Manusia-manusia bebas, unik, yang mampu menjadi dirinya sendiri seperti Mas Thor yang kemudian memberikan banyak bahan ajar pengalaman bagiku. Meski memang tidak semudah itu menjadi unik dan sebisa mungkin tidak menjadi orang lain. Hehe.. contoh yang paling berat dan ini kurasa adalah ketika aku dicap 'orang aneh', ' dasar aneh', dan aneh-aneh yang lain. Tahu gak sih? Sebenarnya aku pun sakit hati dibalik senyum lebar atau tawa yang menunjukkan gigiku. Gimana, gimana? 

Aneh. Istilah ini sendiri tak tahu dari mana asalnya muncul! kemudian melekat padaku. Sebegitu berbedanyakah aku sehingga tidak bisa dianggap normal seperti orang lain? Atau sebegitu unikkah aku sehingga aku dicap aneh, begitu? Wah, aku protes! -Aneh, biasanya tidak apa-apa- (tetiba ingat klausa itu). Tetap saja, semisal aku gak dianggap aneh, akupun jadi gak punya teman yang ngerti kalau aku ini aneh. Dan teman-teman itu yang menganggapku aneh, entah kenapa malah dekat denganku karena ke'aneh'anku. Hm talah... atau yang lain?. Ingin sebut nama rasanya siapa yang kira-kira menduduki jajaran teman-teman aneh saya? ahaha. Tapi .. ah ya sudahlah (Mungkin keanehanku seperti ini, nulis aja gak komplit, apalagi ngomong. Atau karena aku selalu menginduksi segala hal tanpa introduksi. Hehe). 

Sekarang aku jadi punya jawaban mengapa aku punya teman dan mengapa mereka mau berteman denganku?. 
Pertama. Aku masih hidup dalam pikiran mereka, meski kadang aku yang membangunkan diriku dalam pikiran mereka. wkwk.. 
Kedua. Aku merepoti hidupnya, aku bagai udun bagi mereka, aku ambivert yang tahu kondisi. 
Ketiga. Aku aneh, mereka harusnya juga. Biasanya hanya orang-orang aneh yang mau berteman dengan orang aneh. Jadi kalau ada yang mau berteman denganku, mungkin mereka sadar mereka exclude dari kelompok orang normal. 
Keempat. Karma itu ada, lo. Hati-hati setelah melafalkan kata pada diriku yang aneh. Kepincut kan susah... hehe .. 
Kelima. Sudah habis. 

Makasih Mas Thor aku belajar darimu, jadi bebas meski tanpa sayap. Makasih teman-temanku, kalian membimbingku jadi diriku  yang suka cerita dan mendorong imajinasi 'aneh' ini keluar bersama tulisan-tulisanku. Tapi harus diingat, tidak ada batas yang jelas mana normal dan mana tidak. Jadi ya, manusia tuh bisa aneh dalam kondisi tertentu. Kalian jangan sembarang memperlakukan orang tidak dikenal dengan menyebut mereka aneh. Sumpah, jangan.
Aku ae lokno, cukup. Mbok pean iku kudune ngerti rek, rek... ngremehno uwong iku mesti ono walesane. Wis, wis, saiki melek o deloken sing primpen. Ngoco! Bekne ae awakmu ngeroso awakmu dewe aneh. Wis a? Wis? Bhaaaaaa wis a ngerti a pean? 

Malam ini adalah sebuah refleksi diri. Ditemani hujan yang mengguyur Jogja dari pagi. Meski ini agak memaksa, tapi beneran loh : Jangan Lupa Bahagia. Kamu ingin bahagia karena melihat orang lain bahagia? Lihat dirimu sendiri, sudah pernahkah bahagia karena diri sendiri? Kadang sih aku belum. Sebab tidak puas pada beberapa hal. (Ckck perfeksionis, sih). Bahayanya bisa-bisa aku sering menyalahkan ketidakmampuan diri sendiri. Untung aku punya kontrol diri. Kontrol yang bilang 'stop dulu, mungkin ini yang terbaik, paling tidak apresiasilah diri sendiri'. Lalu ku manjakan diri dengan fangirling di tempat hanya ada aku, tanpa kamu, pun dia, dan mereka.     

Playlist:
EXO - Electric Kiss
Glenn Fredly - Sabda Rindu
EXO - Good Night
Isyana Sarasvati - Lembaran Buku
Twice - Heart Shaker 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��