Cerpen: Belum Berakhir (4)


Kacau!
Hanya menulis beberapa pesan singkat saja mampu menumpahkan seluruh kegelisahan. Parahnya, semua gara-gara aku juga bingung mau berbuat apa. Dialog serius dan mengancam kutujukan padanya yang berpura-pura tak tahu aku telah tumbuh berumur dua puluhan. Bagaimana aku akan membawa muka ini berjalan di hadapannya? Rasa jijik kemudian juga menyeruak melihatnya hanya memposting kebahagiaannya tapi kegelisahan bagi sekitarnya. Berhari-hari aku tanpa kabar tak ingin lagi rasanya berhubungan dengannya. Tapi jika dipikir-pikir tanpanya akan kurang juga. Jadi dilema. 
Kacau! 
Bukan rindu yang dibangunnya malah kebalikannya. Ia menanyakan solusi dari masalah yang dibuatnya. Ia melupakan segala cara yang ditempuhnya menjadi dirinya sekarang yang banyak kebisaan tapi tersia-sia, bingung menawar yang terbaik seperti apa karena ia bisa segalanya. Jika tetap kutemui ia dalam waktu dekat ini dalam pikiran cemas maka aku akan berpikir ulang tentang tulisan yang kukirim via aplikasi WA. Mungkin dia jadi pemikir, merasa hilang kesempatan buatnya bersenang hanya buat diri sendiri yang fakir. 
Kacau!
Di mimpiku aku tidak bisa tidur. Memikirkan ia yang bergentayangan di malam hari dan tak kunjung sadar di siang hari. Meringkuk, amarah, dan rambut singanya jadi membayangi. 
Kacau!
Sampai kapan ini hadir?  

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��