Mantra - Mantra ala Mama

1. "Ono kala-kala"
Saat menjelang maghrib (kami menyebutnya waktu surup). Saat masjid di dekat rumah kami memutarkan radio murattal, dan ketika itu kami masih bermain di rumah tetangga. Langsung saja satu demi satu ibu-ibu termasuk Mama akan mencari anaknya. Ya, meski tidak secara langsung sih. Mama lebih suka memberhentikan orang lain dititipin pesan buat nyari anaknya yang belum pulang di saat hari mulai petang. Nah, setelah anaknya pulang kemaghriban (sudah masuk waktu maghrib), Mama akan bilang,"nek mulih ojo wayah surup opo maneh kemaghriben akeh kala-kala". Wah, mantra pertama ini yang selalu kuingat sebagai mantra yang mujarab membelenggu diriku sendiri untuk tidak suka keluar main sama teman-teman SMP bahkan SMA pada waktu-waktu tersebut. Tapi zaman SMP memang paling parah sih, sehingga kurasa teman SMPku mungkin tidak pernah ada yang mengenalku. Wah, wah takut digugat juga kalau ada teman SMPku yang kebetulan baca. he.. he.. 
Dan kembali lagi pada makna 'kala-kala' yang dimaksud oleh mama adalah semacam ular jadi-jadian yang bisa saja pada waktu petang nongkrong di depan rumah, setan yang berkeliaran pada waktu itu pula, pokoknya segala hal yang menghalangi jalan kita buat pulang ke rumah. Seram, gak? Bagiku tetap seram walau ada penerangan jalan yang di sana-sini terang. Gimana tidak? Kebanyakan 'kala-kala' yang dimaksud oleh Mama berbentuk gaib, tapi sampai sekarang aku belum pernah menemuinya. Bertemu belum sih, tapi kalau duduk atau jalan sampingan pernah kerasa. Ga deng, firasat saja. Hehe.. 
Oh ya, yang paling penting meski sekarang 'surup' pun aku akan tetap bisa diajak keluar. Mantra-mantra Mamaku agaknya kurang seru kalau di Jogja berlaku. Begitu. 

2. "Ono genderuwo manak, dek (Ada genderuwo melahirkan, dik). Mangkane udane ambek panas (Karenanya hujannya dengan cuaca yang panas)"
Itu mantra kedua yang disampaikan mamaku ketika ya, cuaca panas tapi hujan masih saja turun. Bukan pelangi yang miliki banyak warna itu jadi cara Mama untuk mengungkapkan cuaca saat itu. Karena sepertinya mamaku lagi-lagi lebih suka dengan cerita-cerita magis. Atau generasi pendahulu Mamaku, juga cuma cerita itu? Hmm.. bisa jadi ya. 

3. "Ping sewidak jaran"
Mantra yang satu ini muncul kalau sudah ada gosip dari orang atau aku sendiri melakukan pengalaman yang diulang-ulang, terus-menerus, pokoknya kejadiannya selalu muncul. Contohnya ya, adik sepupuku suka eek di celana. Nah, sama Ibunya sudah disusuk ke mbah dukun bayi tapi gak sembuh-sembuh. Ke mbah dukunnya juga udah berkali-kali dan berganti-ganti. maka dari itu seorang Mama akan berkata," wis ditambakno larang-larang nang wong akeh gak waras-waras. mbok ping sewidak jaran nek gak areke dewe pengen waras yo gak waras iku".

Sebenarnya, ya. Aku ga tahu sih apa benar sewidak yang berarti 60 dan jaran yang berarti kuda ini adalah jumlah yang tak dapat dihitung dengan uang ataupun taksiran lain. Harusnya, secara matematis orang-orang zaman dahulu yang menciptakan istilah ini mampu menjelaskan darimana sewidak jaran ini hadir. Di sekitar rumahku aja ga ada ladang peternakan. Gimana Mamaku dulu melihat sewidak jaran? Hm.. 

4. "Ndasmu krewak"
Mamaku asli ya, mulutnya ga bisa dijaga. Aku malu dong di depan teman kuliahku Mama bilang gitu ke aku. Duh, tapi ya itu kebiasaan kalau sudah membicarakan sesuatu yang di luar ekspektasi Mama tapi kupaksakan hadir. Misalnya nih, aku bilang ke Mama,"Ma, aku tak minta uang Bapak (mbahku) yo... buat beli hape". "Ndasmu krewak a, yo ojo njaluk Bapak lah! diarani Mama wong paling gak duwe ae". Gitu. Tapi, istilah ini yang mencairkan suasana yang buntu. Soalnya Mama bilangnya sambil ketawa.   

5. "Omongane sak kadut"
Duh, ini udah jelas ya. Cuma dikatakan ketika sengit sama orang yang banyak omong. 

6. "Ncen lambe-lambe lamis"
Mirip sama yang di poin 5, tapi yang ini mengandung kebohongan yang memang sudah tidak dapat dipercaya sama sekali perkataannya. Hati-hati lo sama orang seperti ini. 

7. "Koyok kethek ogleng"
Yaampun, yang ini jahat. Sebab artinya adalah seperti topeng monyet. La gimana baiknya? Mantra ini akan meluncur dari mulut Mama ketika sudah kesal dengan perilaku seseorang. 

8. "Mingkem selawe"
Berarti mengatupkan kedua bibir yang melongo melihat sesuatu yang menggiurkan. Selawe berarti 25. Dulu jika ada orang yang melongo, akan dikasih uang 25 rupiah. Tapi itu asumsiku saja. Hehe..

9. "Dalbo, Kemamang, Genderuwo"
Adalah nama macam-macam jin. 
Dalbo dulu kata Mama ada di rumah kakak dari Bapak. Suka menggoda orang yang bertamu. Kadang kalau si tamu disuguhi makanan oleh mbahku itu, si Dalbo bisa menyembunyikan sendok atau garpu atau bahkan piringnya. Serem-serem geli denger ceritanya. Pokoknya dalbo ini sering banget ngusilin. 
Kemamang adalah jin yang ada di sawah. Badannya berapi. Kata siapa? Kata mamaku. Jadi, kalau ingin ketemu sama Kemamang bisa waktu shubuh ke sawah. Nanti juga ketemu. Kata siapa? Kata Mamaku.  
Genderuwo adalah jin spesial yang berbadan besar dan menunggu rumah. Tidak begitu mengganggu, kecuali bentuk besarnya dan kemunculan tiba-tibanya.
Berkat tahu macam-macam jin (bukan SeokJin BTS ya) dari Mama, aku jadi punya banyak referensi mengenai manusia alam gaib berdasarkan tempat dan pekerjaannya. Cuma disebut salah satunya, dulu udah keder mau kemana-mana. Terus mulai jadi anak rumahan ditemani genderuwo (ga deng).

10. "Bengak-bengok ae koyok sapi bengah, jemarien a"
Ini mantra bakal diucapkan kalau sudah ada seorang atau beberapa orang yang mencari-cari keberadaan Mama. Padahal Mama ya cuma di rumah, tapi namanya mulut ya suka bertindak duluan daripada indera lain. wkwk .. Papa nih yang suka teriak-teriak manggil-manggil Mama. Zzzzzz...

11. "Ngunu ae kok welehan"
Wah, kalau sudah tidak ada yang mau disuruh beli sesuatu, meminjam, atau apapun kegiatan yang disuruh oleh Mama langsung deh dengan muka masam berangkat sendiri buat melakukannya. tidak lupa mulutnya ngedumel mantra dulu ya..  

12. "Jik korep"
Memiliki arti tidak bersih, masih baru bangun tidur, mandi tapi masih ada bekas iler, mandi masih ada potongan sabun atau busa di telinga atau bagian tubuh apapun yang terlihat, dan lain-lain yang dilakukan tidak tuntas. Kemudian setelah mantra ini dilafalkan setiap orang yang mendengar akan introspeksi diri. 

13. "Udele gak kanthil a iku?"
Gimana cara pusar gak menyatu dengan tubuh seseorang? Ya, ini jadi pertanyaan besar sampai sekarang. Mantra ini dilafalkan ketika seorang pelupa melakukan aktivitas lupanya di depan Mama.

14. "Mangkak", "Mbladus"
Hampir mirip dengan istilah korep, 'mangkak' biasanya digunakan untuk mengatakan sprei yang telah luntur warnanya, sehingga tidak lagi bagus dan itu yang disebut 'mbladus'.


Mau tak lanjut sampai banyak mantra, tapi tugas UAS menanti melambaikan tangan ingin dikerjakan. Semoga pada suatu kesempatan ketika kalian telah membaca ini, kalian bisa menambahkan mantra yang dituliskan Ibu kalian atau siapapun yang sekiranya penting 'tuk dikenang di kolom komentar. Biar istilah-istilah itu tidak punah begitu saja karena jarang digunakan.
Ingat, perkataan ibu adalah doa yang mujarab, ingat surga di telapak kaki Ibu (kata ustadz di TPA dulu). Mantra-mantra ala Mama ini meski ada yang bermaksud jelek, tapi dalam lubuk hati yang paling dalam pada diri Mama tidak pernah setega itu mendoakan anaknya yang buruk. Contohnya, ketika Mama bilang ndasmu krewak a. Hehe.. 
Mama dan mantra yang dilafalkannya membersamaiku hingga ku menuliskannya sekarang ini. Mantra yang kuingat dan telah kutuliskan sebagian yang kuingat itu. Mantra yang akhirnya pun menataku tumbuh di lingkungan penuh kosa kata baru. Love you, Ma 💖

Semangat! Kuliah tinggal beberapa bulan lagi.   

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��