Melawan Kilat dengan Kilat

Tiada henti-hentinya kusembunyi dibalik ketiak siapapun yang kebetulan dekat keberadaannya dariku. Tidak di ketiak juga sih, yang penting ya bagian tubuhnya bisa buat sembunyi. Tidak semua orang juga. Paling pol pernah kenal. Hehe. Ini semua gara-gara kilat! 
Aku jadi kena damprat adik sendiri dengan dikata,"ndeso kon gak wani beldek!" kemudian banyak hal yang tak kutangkap tentang perasaan orang lain melihatku tidak berani menghadapi beldek. Sebenarnya bukan beldek-petir yang kutakutkan. Berkali-kali, kukatakan aku takut kilat. Hehe.. Iya, bahkan cahaya yang sengaja dengan cepat berkelebat saja aku takut. Contohnya lampu flash kamera. "Nggapleki, aku yo pengen gak wedi. Tapi semakin didukung gawe gak wedi, akhire aku yo wedi-wedi dewe," huaahh hatiku berkecamuk. 
Pernah pada suatu sore yang cerah, saat kujalan kaki melewati trotoar maskam yang sekarang enak buat jalan-jalan sore (uhuy) tiba-tiba dengan memandang langit yang sumilak terbuka dari pandanganku pikiranku mulai berdialog ria. 
" Wah jika semua trauma diobati dengan trauma, mungkin ketakutanku akan kilat dapat hilang dengan menantang kilat!"  
" Astaghfirullah!," gumamku kemudian dengan kaget -__- sebab telah melihat kilat lewat setelah menggosipkannya. 
" Huft, gimana mau menantang kilat? belum semenit punya ide kamu sudah membalik arah" 
Sambil senyum-senyum tahu maknanya, dalam hati kugumamkan.
"Ya mungkin aku bisa melepas ketakutan akan kilat dengan kilat. Contohnya jika melihatnya, kukan lari secepat 'kilat' mencari perlindungan, atau bersembunyi secepat 'kilat' tuk pula mencari rasa aman". Bye bye secepat kilat 😀   

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��