Belum Berakhir (3)

" Ah, bukankah bajumu itu terbalik?"
" Kaos ini?"
" Iya, memang mau yang mana lagi."
" Mmm ini memang sengaja kubalik, biar tidak mengganggu aktivitas"
" Maksudmu?"
" Label merk di dalam kaos di bagian belakang ini sangat menggangguku. Dia akan menjadi seperti ulat bulu yang menyebarkan bulunya di bagian belakang tubuhku," katamu sambil menunjukkan label merk yang kini terbalik ada di luar. 
" Ajaib!"
" Iya, ajaib. Cuma label merk yang dapat menyugesti tubuhku gatal-gatal. Ada lagi sebenarnya, tapi kamu pasti juga tahu."
" Karet di sekitar celana dalam?, jawabku cepat"
" Hahahaha," kami tertawa bersama mengetahui kami punya rasa gatal yang sama. 
" Oh ya, aku pamit dulu. Sampai jumpa di lain kesempatan."
Kupikir kamu akan lupa tujuan awalmu untuk berpamitan karena percakapan kami yang sedang akan membara. Ternyata kamu tetap ingat. Pikirku ya sudah, tapi mengapa di bibir berbeda? 

" Jangan dulu sebelum kamu balik bajumu itu," kataku menyambut izinmu. 
" Tidak. Ini akan tetap gatal jika dibalik. Lagi pula, aku tidak akan malu melakukan ini. Bukankah itu yang benar-benar kau khawatirkan?"
" Ehehe. Ya, "jawabku. 

------
 Tak lama setelah segalanya usai kau kerjakan, kau kembali padaku. Seperti ada yang terlihat tidak biasa dari sekilas kau menggunakan setelan pagi ini. Meski kau tetap dengan kaos yang menurutmu cara berpakaian paling nyaman. 

" Aku telah tahu cara menghilangkan gatal di belakang tubuhku. Meski tanpa membalik kaos-kaos milikku yang punya label merk di belakang itu."
" Tanpa salam, kamu memberi kejutan ini. Ada apa sebenarnya denganmu? Apakah kamu membawa pulang sebuah rahasia yang tidak semua orang tahu?"
" Bukan, sebab aku tidak dapat mengartikan ini bahagia atau sebaliknya. Rasanya berbeda, orang yang telah mengenal dan menghafalku menjadi merasa aneh. Setelah melihatku memakai kaos yang tidak terbalik. Aku mengingat percakapan terakhir denganmu. Oleh sebab itu, tanpa salam pun tentang kaos ini akan jadi percakapan yang mengawali jumpa kita lagi saat ini."
" Lalu?"
" Sugesti itu sepertinya memang ada selalu. Aku mulai terbiasa tidak menggunakannya secara terbalik setelah kutahu, mengguntingnya dengan rapi dan membiarkannya tanpa embel-embel merk jadi lebih nyaman buatku."
" Tapi melihatmu begini, sepertinya kamu akan kehilangan ciri khasmu." 
" Biarlah, kadang aku juga ingin terlihat sama dengan yang lain, dan membuang yang berbeda karena alasan-alasan pribadiku."

Percakapan itu diakhiri aku dan kamu dengan peluh bercampur semangat memandangi dan menafsir kehidupan yang terus berlanjut. Sebab yang kita bicarakan mungkin belum berakhir pada percakapan saat kita benar-benar berjumpa dan saling tatap. Selalu ada yang lupa dibicarakan hingga berlanjut kapan saja. Meski tanpa janji yang harus dibilang harus ditepati, rasanya topik-topik yang belum terselesaikan jadi ikhlas muncul tanpa adanya bukti mengikrarkan janji. Sampai saat ini, ketika aku masih diberi kesempatan untuk berpikir kadang 'percakapan' di suatu tempat antara kamu dan aku adalah topik yang belum terselesaikan. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��