#15 Hari Terburukku, Hari Terbaikmu

Kamu datang dengan senyuman sangat manis, saat yang kusiapkan hanya senyum pahit mengatasi masalahku yang itu-itu saja tapi belum sama sekali membuatku berubah dari zona nyaman. 
" Setidaknya aku melihatmu," katamu sambil mengajak duduk berhadapan dan bercerita kebahagiaanmu.
Aku menuturkan banyak kalimat mustahil bagimu, yang mana kamu bisa lampaui dan memperlihatkannya padaku sekarang, dalam kehangatan malam selepas hujan sore tadi. Kau masih tersenyum, seperti pertama kali tadi aku membukakan pintu untukmu. Kau berusaha mendengar, padahal kau butuh didengar. Kau akan memberi solusi akan apa yang kau dengar dariku, asal tahu aku mengerti akan tipemu itu. Tapi tidakkah kamu mengerti pada saat-saat yang meruntuhkan bagiku seperti saat ini aku butuh pendengar, didengarkan, seraya diam memanggut dan menenangkan?. 
Kau sadar rupanya, setelah aku menyimpulkan satu demi satu cara terbaik menceritakan keterpurukanku. Dengan senyum yang masih sama saat aku membukakan pintu, kau bilang," Aku pamit dulu, aku sudah meratapi lukamu meski tidak dapat kubagi kebahagiaanku. Namun dengan seperti ini aku jadi lebih banyak tahu, dan setidaknya aku masih bisa melihatmu. Kau butuh waktu sendiri setelah kau siap, ku akan menemuimu". Kau lama-kelamaan pergi dari hadapanku. Aku sudah bisa tersenyum, sedikit. Walau kau tak menyatakan apa-apa lagi setelah hari buruk dan hari baik menimpa kita secara bersamaan di satu waktu, yang pasti terima kasih. Karena setidaknya aku juga bisa melihatmu di saat hari buruk menimpaku dan hari baik menimpamu.    

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��