Di KKN Ada Cerita: Keraguan Mempertemukan Kami (4)

Sepotong senja di akhir cerita KKN yang tak dapat kuraih sempurna, pun mungkin mereka karena memang cuaca yang datang dan pergi tak terduga. 

Merasa belum utuh rasa yang dibangun antara kami 
Rasa-rasa yang masih menggantung dan masih banyak yang harusnya ingin dibagi 
Begitu yang terjadi kiranya menjelang penarikan kami 
Sepuluh hari menghitung mundur pada hari - H - 
Pertanyaan dan pernyataan berkutat antara awal pertemuan dan ekspektasi 
Awalnya yang kukira Gemma pembangkang, ternyata kuat pendirian dan penyampaian 
Devika yang pendiam padahal suka teriak gila seperti penggemar wanita dalam konser Oppa harapannya
Kania yang tidak kenal saru malah membabibu dalam gelapnya waktu 
Enggar yang ingin kalem tapi tak juga diridloi 
Aqila yang kuanggap angkuh tapi memang iya dalam suatu kondisi 
Salma yang kukira juga pendiam ternyata suka cerita 
Upan yang kukira selera humornya tidak akan ada orang yang tahu ternyata  itu lebih dirindu
Mimok yang kutak punyai ekspektasi macam-macam padanya dengan tangan ringannya suka membantu 
Jaswadi yang entah kulabeli apa malah dapat banyak label setelah dicap sekata 

Percapakan ini dalam perjalanan akhir kita pergi pagi-pagi naik motor keliling Kaloran, setelah mengantar Azi : "Aku tidak menyangka bersama kalian akan semenyenangkan ini. Kukira kalian adalah orang-orang yang biasa saja, sehingga aku berpikir untuk menyelesaikan hari dengan program yang ada." Sambutku dalam hati yang tidak pernah tersampaikan: "Terima kasih mengajakku terjatuh meski aku terjatuh sendiri, terima kasih memberikanku langkah awalan untuk menguji liku gerakku yang kadang tidak melampauimu, terima kasih untuk pengorbanan dari fisik dan batin yang kau lalui dengan ketekunanmu, terima kasih jika kau menyimpan rindu akan ketulusan yang aku beri untukmu, kemudian maaf juga aku pasti punya salah". 
Perpisahan haru belum terjadi pada saat itu, sebab aku masih menghitung hari belum sampai pada hari -H-. Sayang, di tengah hingga akhir rasa kecewa dengan bulan yang juga mengikuti hanya separuh wajah seolah kembali mengatakan: "Keraguan yang kau terima di masa lalu bersama mereka akan kau genapi di akhir cerita. Tenang saja, semua hal tidak ada yang sia-sia. Sebab ragu yang kau maksud melebur di antara tekad yang sama dalam balut amarah dan tawa." Sehingga, ada tahapan dewasa lain yang perlu kulalui setelah masa KKN ini berakhir. Semoga. 
Akan selalu kuingat, nekadnya kami sebelum pulang pada malam hari. Berjalan kaki dari rumah Pak RT 1 ke rumah Pak Kadus dari pukul setengah 9 sampai pukul 10 malam. Maksud kunjungannya pamitan, namun cerita di tengah perjalanan sebelum dan sesudahnya kembali ke rumah pondokan yang diiringi tawa meski angin menghembus kencang selalu membuat bulu kuduk kami merinding, menambah kedekatan antara kami semakin menjadi. Kalau tidak, sungguh malam itu sangat dingin mungkin satu di antara kami lelah dan beku, mungkin aku 😅
Terima kasih dan maaf (maaf ya teman-temanku buat ketidaknyamanan dalam penggunaan listrik -- kurasa karena aku sering setrika, jadi aku yang paling sering bikin anjlok ahaha~) sebagai kata mujarab yang sering dipakai untuk perpisahan menjadi sangat ampuh digunakan untuk mengenang kembali kalian, adik-adik Jrakah, warga yang ramah, dan teman-teman yang selalu mendukung kegiatan kami selama 56 hari. Sayang kalian 💗 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��