Berproses : Bukannya Aku Rindu

Berhubung aku sedang berkeinginan menulis dan apa yang kutulis ini adalah apa yang kurasa beberapa hari ini, maaf apabila aku ada salah kata pada kalian yang sempat membaca dan merasa. 

1. Aku tidak akan berpikir serumit itu apabila ada di posisimu, tapi nyatanya kau buat kami rumit dengan kau membisu. Bahkan, kau tak pernah sedikitpun beusaha malu dan menulis apa yang kau mau pada telepon genggam yang nyatanya kau simpan dalam dekap selalu. Kalau saja aku tahu rasa sakit yang kau alami setelah aku menajamkan sensoriku dan ya, berhasil maka aku akan baik-baik saja dan langsung mendiagnosa. Ah, kan aku bukan dokter yang bersiaga di ambang suka dan duka. Untuk kau yang telah terbaring sakit, maaf dan harap-harap cemas akan kesembuhanmu menyertaiku dalam setiap keluh kesahmu. Dari teman sebelah kamar, yang selalu jadi amuk massa duluan karena sebelahan.

2. Sudah bukan lagi wacana, melainkan realita! Kira-kira sudah sebulan setengah kami berproses bersama, namun canda tawa itu kukenang sebagai asap rokok yang kadang cuma buat batuk tersedak saja. Sepertinya aku tidak cocok atau belum menemukan kecocokan dengan anda? Rasa-rasanya ada yang selalu mengganjal, cibiran, kejelekan, hinaan bahkan terlontar dari alat penopang bicaraku. Tak terkecuali hati kecil, ya. Sampai pada hari itu aku belum menemukan inti masalah atau memecahkan kecanduan yang berputar-berputar di antara aku, kamu, kita, dan kalian kupikir aku tidak berhasil mengatasi masalah dasar pada konteks ini. Teruntuk bapak yang akan jadi calon bapak atau tidak, kuharap kau sadar kami secara tidak sengaja merasa terhina sebagai kaum yang terus saja dipoles sana-sini dengan ketidakjelasan guna dan fungsi yang kau jelaskan. Kupikir ada orang-orang yang tidak sesuai lalu, jika saja jika... sama-sama kau perlakukanku  sebagai apa yang menurutmu baik, menurut konsep antropologi kau ialah orang egois. Diamlah, kadang amati. Kau bahkan tidak mengizinkan kami bercerita, yang mana kadang aku ingin sebelum kembali ke ranah masing-masing ada hal yang dibagi dari kami yang tidak ingin berdiri sendiri ini. Mungkin ini maksud hatiku saja, kalau ada teman-teman yang tak sejalan pemikiran denganku tentang ini itu terserah kalian. HIdup ini bebas, meski burung juga tidak selamanya menjadi bebas. Bahkan di Neverland pun.

3. Dengan jalan kaki, aku lebih bisa mengamati. Jalan kaki memberiku banyak ide tulisan, jalan kaki bisa menaikkan sensitivitas hati dan inderaku, jalan kaki bisa mengubah perasaan dongkolku menjadi lebih dongkol atau sebaliknya, yang agak penting bagiku jalan kaki bisa memakai earphone, tambahan! jalan kaki bisa dengan cepat mengubah rute perjalanan Jadi, jangan salah sangka dulu bila aku menolak untuk diberi tumpangan.

4. Adegan pembunuhan, kasus pembunuhan, darah, mulut terbungkam, semua yang perempuan dengan kaki dirapatkan menggunakan selotip bening yang besar, tanda titik yang bertambah tiap korban, palu besi yang ukurannya kurang lebih seperti telapak kaki orang dewasa, suara desing besi yang bergesekan dengan aspal, benturan kepala dengan palu besi itu, kepucatan akan bungkam, perasaan sangkalan yang kadang bisa kutebak, derai-derai keinginan hidup, sarung tangan yang tanpa celah, tak lupa pakaian hitam-htam dan masker sebagai seragam kebangsaan. Aku sedang gila dengan hal-hal berbau misteri yang menelan kepahitan. wajar, kan?.

5. Jangan lupa minum! rasa dahaga merupakan tanda awal tubuhmu kekurangan cairan jadi, jangan sampai kamu kehausan. Cek juga warna pipismu pada pagi hari. Barangkali kamu punya bukti jika sedang sakit. Semakin pekat warnanya, kau akan tahu prosesseperti apa yang dilalui organ tubuhmu. Berbicara pada diri sendiri.

6. Melanjutkan atau tidak, sebutan "Lulus" sudah mendarah-daging di hidupku, sebab ia adalah ibuku. Sekian. Selamat malam. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��