Pendengar yang Baik

" Baik belum tentu benar, namun benar pasti baik"

Premis-premis aneh kembali menjajaki pikiranku, tak hanya bersamaan waktu aku menjadi egois bersatu dengan kata, huruf, angka, bahkan titik, koma.

Saat ini, pena tak lagi bersahabat denganku. Sudah kuhitung lebih dari 2 bulan kira-kira. Lalu kemana perginya catatan-catatan kecilku? Ya, mereka ada dan masih terjajar tersimpan rapi di kamar sebagai kenangan yang tak mungkin aku memisahkan. Suara terkecil yang pernah kudengar ialah tawa lebah, mereka tertawa sebab aku tak sengaja menyenggol sarang penuh madu milik mereka. Sejak saat itu aku lupa, aku pernah bertegur sapa dengan semut di bawah reruntuhan daun yang penuh kecewa mengugurkan hijaunya pada semut yang sedang bersapa. Begitulah kira-kira apabila aku tak sering memegang catatan dan pena. Kealpaan yang datang dan silih berganti menghantui tak hanya di lantai kasur alas kaki, semua yang berupa diri menyerupai, dan memiliki.

Aku masih sanggup mendengarkan suara besar seperti candaan teman akan bakal calon kekasihnya, atau kekesalannya pada temannya yang tak lagi peduli kepadanya sebab ada yang menggantikan, bahkan mendengar candaan atau keusilannya bertutur kata mengatakan hal benar dan salah. Seperti agak kecewa, ia pada temannya ataukah jangan-jangan hal serupa ia lakukan atau……… aku yang akan lakukan padanya. Sebersit kemudian aku melukai diriku akan kata-kata yang kuperdengarkan dari teman yang belum bisa aku kasih nama.

Sendainya ada perimeter egois berupa alat, akan kugunakan selayaknya pendeteksi bom dan kebohongan. Ayolah, aku pendengar yang baik! sayangnya, aku tidak selalu benar untuk mendengarkan. Itu saja. 
Hal sepele yang berujung malapetaka ialah saat aku kembali mendengar berita simpanse lebih pandai mengingat dari manusia, namun apakah iya simpanse mampu mendengarkan lebih baik daripada manusia?

Sementara waktu masih akan berjalan di depanku dan aku belum memutuskan untuk mati saat ini, sebab teman lain telah menanyakan karena memperdengarkan kata-kataku nyerocos subbab kematian, maka ada baiknya aku kembali kabur dengan estetis berharap kebenaran atau sebaliknya, yang jelas aku sama-sama tak terhingga hingga mencapai keestetisan dan kebenaran terlebih saat jadi pendengar yang baik.

Sementara waktu, kukan diam saja biar memperoleh emas. Nanti kalau saatnya hakim menanyakan padaku siapa saksi lain, korban, dan pelaku aku akan buka mulut, sebab aku juga ingin didengarkan selayaknya, minimal oleh pendengar yang baik meski belum tentu benar.

Meski salam perpisahan pada keegoisan belum bisa aku terima, aku akan tetap jadi pendengar yang baik, sebab bukan waktu yang laik.


Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��