Catatan dari Teman: Kata-kata yang Telah Terucap
Kan Luhan gak ada jadi aku harus
“suka” siapa?. Pertanyaan menohok dari Sunbae yang kemarin malam telepon dengan
keadaan hpku yang setidaknya bisa dikatakan “sekarat”. Ini bukan perkara apa-apa, ah gak juga sih. Nyatanya
jadi apa-apa kalau di hadapanku.
Beda lagi sama seorang lagi yang teleconference denganku. Ulil…….. dia
bilang “suka” dengan anak teknik yang ngakunya dokter elektro (eeee busyet
dah). Nangkep sih nangkep inti permasalahan yang mereka bicarain. Tapi aku
harus memposisikan diriku dimana kalau tak tahu jawabnya? Lalu, tinggal
menunggu saja kapan akan terlontar aku tidak “suka” (maaf ini jahat J)
Pada menit ke-64, Ulil tumbang
(karena gratisannya mungkin habis). Tak lama kemudian aku dan Sunbae juga. Eh,
ternyata gak tahunya Sunbae nelpon lagi. Jadi kita bisa melanjutkan aksi yang
sempat tertunda karaoke via telepon. Yeeeeeeeeeee sampai buat tenggorokan sakit
tahu.
Dan entah memang perasaanku atau
bukan, sepertinya suara yang ditangkap Sunbae sedikit terlambat nyampe. Soalnya
pasti gak mathuk sama instrument.
Sepertinya juga Sunbae merasakan hal itu. Tapi setidaknya ada rasa plong lega
gimana gitu setelah melakukannya.
Aku suka kalau harus mereka
mengingatku dengan seperti ini,aku juga suka kalau mereka menceritakan dan mau
percayai aku dengan cerita yang mereka perdengarkan padaku. Tapi, apakah ini
suka yang kekal? Selanjutnya bagaimana dan berkelanjutkankah ceritanya? Semoga
saja, aku harap seperti itu.
Diawal masuk dulu, masih ada
Wahdjoe yang telepon dan kasih kabar, kemudian entah kenapa mungkin gara-gara
minggu lalu aku telepon terlalu mendadak dan mungkin aku juga menanyakan
masalah yang sudah gak dianggap Wahyu jadi penting, dia gak bales smsku
(sakitnya tuh di sini *nunjuktembok ). Eh jangan lupa dengan Zannah yang
sedikit-sedikit menanyakan kabar meski lewat sms. Dan yang terakhir kali adalah
bukan karena aku yang memancing ada yang bilang kangen sama aku. Brenda J ah, mungkin hanya hal
biasa karena jarak.
Kalau dipikir-pikir lagi, kenapa tidak
waktu kita tak berjarak terlalu jauh saja kalian mengatakan “aku kangen”?. Tapi
ketika sudah jauh begini malah kata-kata seperti itu yang sering muncul. Tahu,
jujur itu baru terasa kalau merasa jauh?
Subhanallah, sebenarnya ini pertanyaan retoris
buatku. Bagaimana tidak? Aku juga melakukannya. Lebih dari itu, kemarin malam
saat aku putar instrument “baby don’t cry” di tengah teleconference kita, aku berhenti tidak meneruskan bacaan lirik dalam aplikasi
itu, aku nangis (pekkkk iki opo-opoan?) penting gak se? masalahnya jadi penting
bagiku. Aku bagaikan bangkai yang teronggok lemah tak berdaya, tersekat pula
tenggorokan dengan berbagai macam tindakan selanjutnya apa. Ini adalah
kejujuran yang terjadi.
Sebenarnya, aku yang inginkan kita
tumbuh dewasa tak bersama-sama lagi. Nyatanya aku sendiri tak sepenuhnya dapat
jauh dari bayang-bayang kalian (Traeume, 6 orang Panglima, dan temen
seperjuangan). Tapi setidaknya aku berterima kasih atas keinginan ini. Kita
selalu dapat cerita dan bagi pengalaman berbeda dengan dimensi tempat yang
berbeda, kita juga dapat memuaskan diri bermanja-manja dengan kenangan saat
kita diertemukan.
Ini yang aku tidak “suka” harus
mengakhiri begitu saja cerita indah yang sebelumnya kita buat. Ada yang tak aku
“suka” saat Ulil berkata Brenda menigakannya (berteman itu dinamis juga. Jadi
biasa ajaJ).
Hal yang gak aku “suka” ketika tiba-tiba saja sambungan diputus oleh provider.
Ada lagi yang tak aku “suka” berpura-pura bahagia dibalik suara (ngaca).
Ah tapi tiba-tiba jadi “suka” inget
Dian Ayu Savitri J
sapaan Shantica dan sombong ala Bima, permainan ToD kebanggaan kita, tantangan
gwiyomi buat yang kalah main, karaokean bareng di depan kelas sambil dilihatin
anak SKI (sebenernya malu juga sih// halah), apalagi tentang proposal dan
laporan yang sering kali udah diminta duluan. Aku masih “suka” inget J
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu