Ujung Masa Sekolah

Satu Arah, Banyak Makna, Timbul Rasa  

Bagaimana rasanya di ujung kata “perpisahan” kawan? Sudah siapkah kita?
Seperti teleport saja
Bedanya kalian kan 1 per 1 hilang dari pandangan mata
Namun sama dengan cepat segera

Nantinya ada senyum lain yang kan gantikan kita yang sekarang
Pula air mata dan bagaimana kita mengeluh bersama

Rupanya aku tak ingin bangun dari tidur saat ini
Tak mau bangun dari mimpi indah yang kita buat bersama
Sayangnya tidak! Ini nyata, tak sampai aku lihat kenyataan bahwasannya
Sekadar ingat kalian di depan mata
Yang gerakkan bola mataku dari ujung kiri, kanan, dan tengah

Ahhh…
Hanya tuk pastikan kita masih bersama

Saraf rinduku pasti ka rindukanmu
Dan keringnya tenggorokanku tak akan jadi begitu
Ketika aku tetap simpan cinta hangat jaket berbulu

Jangan Tanya hatiku ketika kita berjumpa kelak
Aku pasti bohong dan katakana “tidak”
Kemudian pada saatnya berkata “iya” di aliran mata

Saat-saat terakhir
Saat-saat harus mengucap “halo” pada perpisahan
Saat-saat waktu tak pertemukan kita bersama-sama lagi
Saat-saat kita harus terbang tak hanya bungkam mengakui menuduh waktu yang tak sempat pertemukan
Saat-saat ucapan “kasih” dan “maaf”

Terima kasih Tuhan Kau telah jelaskan
Hukum alam yang tak dapat dipentalkan
Salam kawan
Perpisahan

(Jelang Kata Itu Terucap, Shantica Arum Ramadhani 2014)








Jelang Kata Itu Terucap

“Dear”
“Honey”
“Beauty”
“Sayang”

Sudah dengar belum?
Sudah bertatap belum?
Sudah rasakan belum?

Rasanya belum
Rasanya belum
Rasanya rasanya rasanya

Sebenarnya sudah namun kasat mata
Tak terjamah kata
Tak mampu dirasa

Sesakit itukah rasanya?

“Dear”
“Honey”
“Beauty”
“Sayang”

“ Sampai sini saja”

Air mata menuruni tangganya

(Jelang Kata Itu Terucap, Shantica Arum Ramadhani 2014)



Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��