Aku Pulang 'tuk Berpulang
Bab ini, pada tanggal 13 ini sedikit ada lega. Menyambung dari 'Tic" yang bukan aku sebetulnya, tapi mau bagaimana aku menjelaskan ia tak juga percaya? Sama, keadaannya tanpa rasa, hanya menyapa tanpa lepas tawa-pisah melewati batas tapi terkendali.
Sejak kehilangan kepak sayap kanannya, ia mulai menjajal hanya menggunakan yang kiri. Membiasakan diri untuk mengimbangi dunia yang memaksanya bertahan. Sampai ia pulang hari ini, mentari yang sejak terbit tak menampakkan diri membuat jalan menuju rumah lebih sejuk dan agaknya ia butuh hangat peluk.
Ia baik-baik saja, tapi melepas andai dengan tidak biasa. Ujung indah yang ia ingin tentukan jadi bercabang, membuatnya menyatu lagi dengan Tuhan yang ia percayai. Tiada 2 hati, ia menetapkan diri hanya 1 dan hanya karenaNya ia akan memilih.
Sedang aku yang berusaha keras menemukan rumah yang sama namun nyatanya hanya tinggal mengisinya dengan perabotan merasa : rebahan adalah hal utama di tengah gundah harus mengisi kecukupan rumah sesuai desain interior yang pernah kubuat dalam pin. Sehingga punyaku kosong, tiada permainan warna bahkan.
After 2 years never end up in a good bussiness, we only recycle our photos - it was just not so good photos again ya
Who made me visited Jogja to knowing u well? No, Jogja is more than it but including u, as well
Evidence photo : train situation
Lastly, I thought I can give feedback on it
Merapi Mt there, excactly in front of my room
Evidence photo: rode the motorcycle
Dark cloud over Lempuyangan station. Back to stay, never gonna be easy. I never got really wet.
I miss my swimsuit, there's no time to
Another not so good angles to took photo
So shiny in dark
Happy me wear yellow and black frame
Can' hv a deep conversation
But I'm happyWhat for to be stubborn? Retoric!
--
Aku tidak bisa menuliskan hal-hal baik, semuanya terusir dari ketidakhadiran yang buat manic. Aku tidak lagi meromantisir janji yang bisa saja buatku histeris. Aku menjalani hari ini dengan realistis. Takut tergoda dua hal yang sama-sama berat dilaluinya. Takut jadi pulang hanya buat berpulang, meski kutahu nanti kita akan memang selamanya tiada.
Iya, ketiadaan adalah hal abadi yang boleh diyakini.
Sedikit-banyak tanpa sekat, nikmat yang telah hadir aku syukuri. Sebelum benar-benar kutak bisa mengucap alhamdulillah di setiap puji, uji, dan cobaan sekalian. Wejangan dari seberang: Jangan mati dulu, aku masih lama butuhkanmu.
Comments
Post a Comment
Menulislah selagi mampu