Kepada Dunia: Di Bawah Pohon yang Rindang

Ia tak sempat mengingat sedang berdiri di bawah pohon apa, ia cuma ingat itu meneduhkan. Heuh! Dia ini sungguh kurang ajar. Bagaimana aku bisa menamatkan apa yang dimaksudnya sedang kita baru saja pada perspektif yang sedang berbeda? 
Sepanjang jalan aku mengerutkan kening, memoncongkan bibir. Ia mengabariku tapi merusak hariku. Mungkin sekarang ia telah mendapati dirinya tenang di bawah pohon yang dalam pikirnya teduh. Ini aku, masih berjalan sambil menggerutu menuju hal-hal yang ia maksud. 
Aku harus berpikir ulang-ulang-mengulangi. Lagi-lagi mengingat tempat yang harusnya aku sudah mengingatnya sejak awal. Diberi tanda tapi tak semudah itu ketemu. Kalau saja hidup, kehidupan, dan menghidupi tak berisi teka-teki. Aku tak jadi linglung mengatasi hari seperti ini. Ooops! Ini juga karena ingatanku yang jua tak sebaik dulu. Meski tenang ialah harga yang selalu terbayar ketika menemukan jawabannya, nyata-nyatanya mataku melanglang tak sanggup banyak bercerita. 
Heuh! Aku masih harus menemukannya, di bawah pohon yang teduh. Pasti sekarang ia sedang asyik bermain permainan dari gawainya atau menonton video, bahkan membaca komik mingguannya, atau memancing kedamaian dengan hidupnya. Kalau pun sungguh tak begitu, mungkin ia sedang bersholawat dan dengan jari-jarinya yang indah ia mengucap kalimat-kalimat dalam bahasa arab yang menghendaki Tuhan-Nya hadir dalam keteduhan pohon itu. 
Tapi aku masih dengan taat tak tahu harus berbelok arah atau jalan terus menuju pohon yang teduh itu. Bimbang. Tak ingin tapi, sebaiknya ingin. 
Pada akhirnya, di persimpangan sebelumnya yang membawaku pernah merasa menginjakkan kaki di atasnya aku memutuskan. Aku pilih jalan berbelok. Aku sudah tahu letaknya dan pohon yang teduh itu. Aku juga memutuskan, ini akan tetap sulit dijalani dengan ingatan yang sama-sama tak baik. Tapi aku memberi tahu diriku, buat menerima demikian demi mendapat lega, meski sementara. 


Intermezzo:

Hahahaha kecepetaaaannnn salah tanggalll, tapi gak apa-apa. Cukup diterima dengan lapang dada meski prematur. Besok, pun. Kalau besok aku sungguh bersyukur sih. Hari ini juga kok 😭😆

Jari korban diri sendiri yang ambis mau mencangkul dari hari Jumat, alhamdulillah kelar juga sebelum hujan (hari ini).

Tidur cepet, biar tiba-tiba besok dan bersenang-senang 💞❤💕🌻(mencari yang kelopaknya panjang) // baik, mungkin dibawa tidur 😊😆


Jadi, house or home? 
Hear or listen? 
Talking or speaking? 
Go figure, go figure Shan : Shine




Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��