Renung: Minggu Terakhir

Aku sampai di sini juga. Kata ayang, "kok ceritamu menyedihkan se...". Aku sebal dia benar. Tapi kebenaran itu terjadi karena pun aku sedang melakukan kebenaran dengan mengikuti semua prosedur yang diharuskan hadir. Jadi, tentang ceritanya adalah kebenaran kuadrat. 

Aku bertahan, semoga bisa diambil manfaat dan hikmahnya. 

Kado pinwheelnya Seventeen buat diri sendiri, dinyanyikan berdua tapi sendiri, dan dinikmati sendiri. Sila berspekulasi langit ini milik siapa dan dimana? Aku cuma mau memejamkan mata meski perut masih sakit melilit setelah buang air besar. Sudah waktunya. 

Tak sembarang langit pinwheel dapat diabadikan. Cuma kebetulan kalau sudah pulang dan menemukan rumah. 

Mengharap terang pada lampu yang sengaja remang :') Niki-around dan sekelilingku yang aku cinta. Aku ingin kalian baik-baik saja seperti sajak-sajak berlarik apik yang kutitip pada seorang teman. Teman yang kini ada di peluk hangat senyum rumah yang menyambutnya. Aku berusaha menghibur hatiku sampai dia bilang 'wkwk' di akhir pertukaran kata kita. 
Eh, di lirik awal aku sempat nahan tangis hehe... Denger ga? Jangan cuma diputar ga didengarkan. (bodo amat Shan orang-orang). Hahahahaha bisa-bisanya diterusin padahal sedih. Jadi banyak ketukan yang gak betul heuhh... (tapi gapapa, ini kan buat arsipku sendiri)

#intermezzo
Buat yang nanya, "kapan lagi aku dituliskan tentang aku di blogmu?" "kamu gak kangen aku?" Hei! Bukan begitu. Ada aja sih kamu di sini. Cuma emang betul katamu harus dipilah sendiri dikasih tanda, mana tandamu, mana tanda orang lain. Tapi selama kamu menanyakan dan berbagi denganku aku tak pernah berkeberatan buat menjawab dengan baik. 
Im, ini buat kamu. Sudah kutulis begini, apa memang bisa langsung menyembuhkan kerinduan? Kamu sekarang kalau nangis gak sendiri, kan? Atau kamu sekarang udah gak menangisi hal-hal semacam kehidupan yang 'begini-begini' saja ini? Terus kamu mau uang sekarung? Karung 25kg beras ku perkirakan itu cukup buat 2milyar. Tapi sekarang aku masih menabung buat itu. Nanti aku bagi kalo memang ada royalti lebih besar dari sekarung. Iya aku mau bagi-bagi, tapi sekali lagi tunggu. Aku masih mengusahakan dulu. Kamu masih orang yang sama dalam menghargai pencapaianku, bukan? Aku harap demikian.
Selamat tahajud Im, kalau kamu sanggup. Kalau belum, bisa jadi tangis anakmu yang membangunkanmu di sepertiga malam, bukan? Seperti kamu mengasihi dirimu buat jadi lebih kuat dan gagah semoga kelak Via juga demikian. - ini bukan hal baru, tapi sepertinya lega adalah kata yang tak sembarang didapat dari pengakuan. Hm.. Demikian. (asli, aku kangen bojonegoroan sama tio ciu, sama kita berempat bisa kumpul. Aku masih nyimpen kangen yang berat ke Aufa sih. Mbuh ah, dia nemuin goanya lagi. Semoga Dep bisa PP rumah-rantau selalu dengan selamat dan dijauhkan dari bencana. Semoga aku bisa tidak terlalu khawatir menanyakan keadaan banjir di sana. Hmmm khawatir apa overthinking sih. Heu)

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��