Berkasih: Untukmu yang Sedang Kurindukan

Sopankah kiranya ku bertanya dan menyapa sekarang? Kamu tidak hadir dalam penghabisanku. Aku tersiksa sendirian sekarang. Walau kamu tak pernah sekalipun tersiksa bersamaku, setidaknya pada waktu-waktu yang kita lalui kamu hadir waktu itu. 

Aku ingin kembali ke waktu itu-waktu itu-waktu itu. Bukan perkara cinta yang rupanya paling merenggut keyakinanku pada diriku dalam hidup. Lebih dalam daripada itu, aku dirisak rasa sayang tulus dan bangun dalam keadaan hampa-alpa. 

Coba kalau permintaan "nikah, yuk" yang sering kamu lontarkan di sela-sela kita bersama itu ku tanggapi dengan serius atau mencoba menjawab "iya, ayo" (ah! tidak ada yang berubah - sekarang telah terjadi) mungkin kita ada di permainan yang berbeda sekarang. Mungkin kita sedang tidak di Indonesia seperti katamu, setelah menikah yang kita peroleh hanya untuk "status" itu. 

Semenjak kumulai segalanya dari rumahku tanpamu, aku terbiasa memeluk diriku sendiri. Terbiasa jadi bimbang dan penuh ratap cemas. Aku jadi tiba-tiba ingat: apakah paket buat Ibu sudah sampai?. Kamu cukup tenang, kalau paket yang isinya doa bisa ku usahakan dalam tiap perjalananku berserah kepadaNya. Tapi paket yang aku maksud harusnya terbalaskan nyatanya belum berkabar sampai sekarang dan aku lagi-lagi cemas. 

Sebelum aku berupaya memilih pondasi yang akan kuat, kamu sudah mewantiku buat tidak ikut terjebak dalam bermain api. Kamu menolak keras saat aku menangis membawa liyan dalam percakapan, aku juga berkeras dengan keadaan. Mungkin saat ini aku sudah melunak tapi kamu yang tidak hadir memvalidasi dan mendengar.

Aku mau cerita :') 

Hari telah berubah meski tetap ada 7 pilihan. Lagu-laguku belum pindah, persis sama pikiranku ke kamu. 



Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��