Catatan dari Teman: Sampai Pukul Satu

Aku masih percaya, tiap orang tidak ada yang sama. Kita unik dengan cara kita masing-masing. Tapi tersenyum pada hal yang kita mau adalah cara keunikan itu jadi sama yang bahkan juga aku percaya jadi kesamaan atas kita. Kamu mengerti maksudku? 

Aku gak nangis untuk hal-hal sedih yang kualami padahal aku janjian ketemu kamu karena mau nangis (wkwkwk) dan kamu ikut senang bercerita tentang pertemuan yang tak terencana menjadi wali untuk banyak anakmu, menjadi teman curhat bagi banyak wali murid yang sudah tentu jadi risiko atas kata "sepakat" yang kamu buat. Meski kamu bilang "aku masih ingin main" dengan perpanjangan arti "aku masih belum pantas dengan ini" hmmm... drama ini gak akan berakhir kalau kamu bertahan. Tapi kamu juga bilang "saat ini aku hanya butuh akting yang mumpuni dalam menghadapinya". 

Aku mengaamiinkan saja, doa itu baik mungkin saja nanti kemampuan berpikir kritis ditingkatkan Tuhan dari situ. Aku mengaminkan juga karena kamu sampai detik ini sudah tangguh dengan pilihanmu. Aku salut!. 

Sebelum pulang, kamu beri aku permen lolipop milkita, nanti kumakan karena aku pilih itu dari 3 rasa yang kau jadikan pertanyaan. 

Sesaat tadi hal itu mengingatkanku kamu yang melepasku untuk ke Jogja. Itu adalah permen perpisahan yang kupajang dan tak pernah kubuka isinya selama aku kuliah. Kadaluarsa memang, tapi aku tidak butuh memakannya. Aku perlu permen itu kalau aku tidak baik-baik saja. Kupajang di tembok kamar kos dengan bungkus bertuliskan "big kiss hug* ternyata mampu membuatku tak berlarut pada sesuatu yang sifatnya euforia. Kamu jadi selalu ada dalam kenangan selama di Jogja. Ya kan? 

Waktuku selalu terbatas denganmu, dengan siapapun. Semoga pertemuan-pertemuan singkat membuat kita tetap khidmat menjalani dunia yang sekarat.

Aku selalu cuma punya waktu sejam yang berkualitas beradu rasa dan pikir denganmu, terima kasih atas pemberian permen-permen sebagai pengganti telingamu saat aku butuh. Aku masih trauma dengan kumpul "bersama-sama" jadi aku lebih pilih hanya satu jam denganmu. Daripada harus membuang waktu menunggu tapi tetap menunggu tanpa diputuskan ketepatan "waktu itu". Bae, sampai jumpa di batas pukul satu berikutnya. 

You said: opo? Pertanda stress? 
Then I answered: naturlich!!!! Cheese (not in trap) 

Selamat hari kesetiakawanan sosial nasional, Bae. 

Bodo amat gak gae lipstik. Lagi gak pengen. Lo kok yo bareng gak gawene 😆

Nb:  

(Or am I in love with the feeling? - my first request lyrics song I joined. )

Validasi Sunbae tentang sabar tiap orang beda-beda tadi cukup buatku bahagia atas keputusan itu. Betul, bahkan sabar tiap orang saja unik - karenanya aku percaya. 

Comments

Tidak Ada Salahnya Tertarik Bahan Bacaan Lain ��